Tuesday, August 20, 2019
Monday, August 19, 2019
Friday, August 16, 2019
Marigold Personal Blogger Template. Rancangan template saya suka dan telah saya pakai dalam blog sebagaimana yang Anda saksikan sekarang. Jika Anda berminat silakan coba menggunakan template: Marigold Personal Blogger Template
Salam
Yonas Muanley
Pemilik blog dan dosen mata kuliah Sejarah Gereja Umum
Pokok-pokok bahasan Sejarah Gereja umum dengan metode blended learning sebagai berikut:
BAB 1
PENGARTIAN, MAKNA DAN PERIODISASI SEJARAH GEREJA UMUM
Indikator:
1.1. Pengertian Sejarah Gereja Umum (Mula-mula dan Reformasi)
1.2. Makna Belajar Sejarah Gereja
1.3. Periodisasi Sejarah Gereja Umum
BAB 2
SEJARAH GEREJA MULA-MULA (30 – 590)
Indikator:
2.1. Konteks Gereja Lahir dan Berkembang
2.2. Penghambatan dan Penganiayaan Gereja Mula-mula (30-590)
2.3. Pengakuan Gereja oleh Pemerintah Kekaisaran Romawi
2.4. Tantangan Gereja Mula-mula dari Dalam
2.5. Pandangan Bapa-bapa Gereja
2.6. Persoalan Pelembagaan/Organisasi/Tata Gereja
2.7. Pertikaian Teologis dan Penyelesaiannya oleh Konsili
2.8. Tokoh Gereja dan pengaruhnya: Augustinus dan Karyanya (354-430)
BAB 3
SEJARAH GEREJA ABAD PERTENGAHAN (ABAD KEGELAPAN)
3.1. Awal Sistem Kepausan dalam Gereja
3.2. Penginjilan di Eropa
3.3. Sikap dan Cita-cita Gereja Barat Menghadapi Dunia
3.4. Gerakan Kerohanian Orang Kristen Eropa pada Abad Pertengahan
3.5. Teologi dan Kepercayaan Abad Pertengahan
3.6. Perang Salib (1050 – 1450)
BAB 4
REFORMASI GEREJA DI EROPA
Indikator:
4.1. Konteks Reformasi Gereja
4.2. Reformasi Marthin Luther
4.3. Reformasi John Calvin
4.4. Reformasi Ulrick Zwingli
Anda masuk dalam laman materi yang menggunakan pasword. Hububungi dosen mata kuliah untuk mendapatkan pasword (Nanti)
A. PENGANTAR SEJARAH GEREJA UMUM
1. Arti Sejarah Gereja
Arti Sejarah Gereja yang dimaksud di sini lebih kepada usaha memberi definisi. Dalam usaha merumuskan definisi Sejarah Gereja, kita akan melihat arti dari dua kata tersebut yaitu kata Sejarah dan Gereja.
Arti kata Sejarah. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang Sejarah; (1) Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau (kejadian dan peristiwa, fakta dan kenyataan dari masa lampau) dan (2) Sejarah adalah pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa yang lampau (Sejarah = Ilmu Sejarah/pengetahuan atau uraian mengenai fakta tersebut).
Jadi, sejarah menurut dua pengertian ini: Pengertian pertama (1) lebih kepada peristiwa masa lampau dan pengertian yang kedua (2) lebih kepada uraian atau pengetahuan tentang peristiwa masa lampau tersebut.Ini berarti bahwa belajar sejarah tidak lain berurusan dengan fakta masa lampau dan usaha untuk menguraikan fakta tersebut (ilmu sejarah).
Arti kata Gereja. Beberapa teolog mendefinisikan kata Gereja sebagai berikut: (1) Kata Gereja berasal dari kata Portugis “igreja”, yang berasal dari kata Yunani “ekklesia” yang berarti: mereka yang dipanggil. Mereka yang pertama dipanggil oleh Yesus Kristus ialah para murid dan sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke surga dan turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, para murid itu menjadi “rasul”, artinya “mereka yang diutus” untuk memberitakan Injil sehingga lahirlah Gereja (van den End, 1999:1-2). (2) Istilah Yunani “ekklesia” dibentuk dari kata “ek” (dari) dan “kaleo” (memanggil) artinya “mereka yang dipanggil keluar.”Dalam Perjanjian Baru istilah “ekklesia” dipakai 115 kali, 10 kali dalam arti gereja secara menyeluruh (misalnya dalam Mat. 16:18) dan selebihnya dalam arti “gereja lokal” atau “jemaat setempat” (misalnya dalam Mat. 18:17). Jadi, kata ekklesia dalam Perjanjian Baru mempunyai arti yaitu: (1) kaum yang dipanggil keluar dari kehidupan yang lama dan keluar dari kuasa Iblis, dipanggil oleh Allah sendiri, dipindahkan ke dalam Kerajaan Allah – perubahan status dan pola hidup. (2) Kaum yang dipanggil keluar dari hidup bagi diri sendiri dan dipanggil untuk hidup bagi Tuhan, beribadah kepada Tuhan, dan melayani Tuhan – perubahan tujuan dan pandangan hidup (Dietrich Kuhl, 1992:34).
Menurut Henry C. Thiessen, ayat-ayat dalam PB yang memakai kata “ekklesia”: 1Kor. 12:13; 1Ptr. 1:3, 22-25; Mat. 16:18; 1Kor. 15:9; Gal. 1 :13; Fil. 3:6; Ef. 5:25-27; Ef. 1:22; 5:23; Kol. 1:18; 1Kor. 1:2.:28; Ef. 3:10, Ibr. 12:23, yang berarti sekelompok orang yang terpanggil, sebagai suatu majelis warga negara dari suatu negara yang mandiri, namun PB memberi arti rohami dari kata ekklesia yaitu sekelompok orang yang dipanggil keluar dari dunia dan dari hal-hal yang berdosa (Thiessen, 1995:476).
Pengertian Sejarah Gereja juga dipengaruhi oleh apa yang disebut para ahli sejarah Gereja sebagaiuraian empiris dan penilaian teologis. Dengan kata lain kajian teoritis-teoritis dari para teolog terhadap definisi sejarah Gereja sangat beragam, artinya para teolog tidak samadalam memberi definisi. Oleh karena itu, ada banyak definisi tentang Sejarah Gereja.Keragaman definisi ini disebabkan oleh filosofi dari para ahli tersebut. Dengan kata lain filosofi para ahli mempengaruhi rumusannya tentang Sejarah Gereja. Ada yang merumuskan pengertian Gereja berdasarkan uraian empiris dan ada pula dengan penilaian teologis.Hal ini perlu dikemukakan supaya para mahasiswa tidak bingung melihat keanekaragaman definisi tersebut. Akan tetapi, dari keanekaragaman definisi tersebut perlu dipilih, dipertimbangkan, kemudian dirumuskan menjadi suatu definisi konseptual dan operasional dari pengertian Sejarah Gereja yang kemudian memberi arah dalam kerangka studi Sejarah Gereja yang akan kita lakukan.
Definisi dari para ahli tentang Sejarah Gereja dipaparkan sbb:
1) Sejarah Gereja adalah sejarah agama Kristen.
2) Sejarah Gereja adalah sejarah perhimpunan-perhimpunan yang mengakui Yesus Kristus.
3) Sejarah Gereja adalah sejarah Gereja Yesus Kristus.
4) Sejerah Gereja adalah sejarah tafsir Alkitab.
5) Sejarah Gereja adalah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami Gereja, sebagai persekutuan mereka yang dipanggil Kristus, selama di dunia ini.
6) Sejarah Gereja adalah pertanggungjawaban masa silam Gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus Kristus.
7) Sejarah Gereja adalah kisah tentang perubahan hidup yang dialami manusia karena keselamatan yang dialaminya di dalam Yesus Kristus dan bagaimana mewujudnyata-kan keselamatan tersebut sebagaimana yang diajarkan Alkitab.
Jadi, definisi Sejarah Gereja yang mempertimbangkan aspek empiris dan penilian teologis adalah sbb:
Sejarah Gereja adalah pertanggungjawaban masa silam Gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus Kristus dan bagaimana hidup manusia dipengaruhi dan diubah oleh keselamatan yang diberikan Allah dalam Yesus Kristus kepadanya (uraian kenyataan) dan apakah perwujudan keselamatan dalam kehidupan manusia yang digumuli Gereja, sebagai persekutuan orang yang mengakui Yesus Kristus, sesuai dengan Alkitab (penilaian Teologis).
2. Makna Belajar Sejarah Gereja
Makna yang dimaksud di sini adalah kegunaan, artinya apa kegunaan belajar (mengetahui) Sejarah Gereja.Berikut ini beberapa makna/kegunaan belajar Sejarah Gereja:
1) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk mengetahui karya Allah pada masa lampau
2) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk mengetahui respons orang-orang percaya pada masa lampau
3) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami Perjanjian Baru
4) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk mengetahui keberanian orang Kristen pada masa lampau dalam menghadapi penganiayaan/tantangan
5) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami pergumulan Gereja dalam perjumpaannya dengan pemerintah
6) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami bahwa tidak selamanya Tuhan membiarkan umat-Nya menghadapi penganiayaan, tetapi memberi juga masa kelegaan/pembebasan dari penderitaan
7) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami bahwa saya harus bersedia mengikuti Tuhan dalam masa susah dan senag
8) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk tidak memutlakkan pemikiran teologis Gereja ita sendiri
9) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk tidak mengulangi kesalahan masa lampau
10) Dst (masih terlalu banyak makna belajar sejarah Gereja).
3. Periodisasi Sejarah Gereja Umum
Periodisasi adalah usaha menetapkan tahun-tahun, peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh yang berhubungan dengan Sejarah Gereja (Sejarah Gereja Umum 1).Periodisasi Sejarah Gereja Umum dapat dibuat sbb:
1. Zaman Gereja Mula-mula: 30 – 590
1.1 Zaman Gereja menghadapi penganiayaan: 30 – 313
1.2 Zaman Gereja Bebas dari penganiayaan: 313 – 590
1.2.1 Zaman Toleransi (Agama Toleransi): 313
1.2.2 Zaman Agama Negara: 380
2. Zaman Gereja Abad Pertengahan: 590 – 1492/1500
2.1 Awal Abad Pertengahan
2.2 Abad Pertengahan yang jaya
2.3 Akhir Abad Pertengahan
B. SEJARAH GEREJA MULA-MULA (30 – 590)
1. Konteks Gereja Lahir dan Berkembang
a. Konteks Yahudi di mana Gereja Lahir
Gereja lahir dan berkembang/bertumbuh di Asia Barat. Asia Barat pada waktu itu dijajah oleh dua negara besar, yaitu Kekaisaran Romawi dan Partia (sesudah tahun 225 sK berubah menjadi Persia, sekarang Irak-Iran).
Wilayah Kekuasaan Romawi di Asia Barat meliputi: daerah di sekitar Laut Tengah, di samping Mesir dan Afrika bagian utara, sedangkan wilayah kekuasaan Partia/Persia meliputi wilayah Irak-Iran. Oleh karena Asia Barat, khususnya daerah Palestina dikuasai oleh kekaisaran Romawi maka pembahasan Gereja mula-mula yang lahir di Yerusalem dan berkembang kearah Barat akan dibahas dalam materi Sejarah Gereja Umum. Sementara Gereja yang berkembang ke wilayah Persia akan dibahas dalam Sejarah Gereja Asia.
Dengan demikian pembahasan kita akan difokuskan pada Gereja mula-mula yang lahir dan berkembang dalam lingkup Kekaisaran Romawi. Konteks yang dimaksud adalah konteks Yahudi dan Hellenisme.Beberapa hal tentang konteks Yahudi yang harus diperhatikan sebelum Gereja lahir di Yerusalem dan berkembang dalam wilayah kekaisaran Romawi.
Orang Yahudi tersebar di berbagai penjuru bumi, di wilayah kekuasaan Romawi: Mesir, Afrika, Roma dan di wilayah kekuasaan Persia/Partia (karena pembuangan: sisa-sisa orang Yahudi yang tidak pulang bersama Zerubabel/Ezra untuk membangun Bait Allah, Ez. 7:6-7). Orang Yahudi yang tinggal di Palestina 1 juta orang, yang tinggal di luar wilayah Palestina, misalnya di Roma lebih kurang 10.000 orang, di Aleksandria 1/3 dari jumlah penduduk
Orang Yahudi mempunyai tempat ibadah (Bait Allh) di Yerusalem
Orang-orang Yahudi di perantauan (diaspora) mempunyai tempat ibadah yang disebut “Sinagoge”, di mana pada hari Sabtu orang Yahudi berkumpul untuk mendengarkan pembacaan Taurat dan homiliannya (penjelasannya) (bnd. Luk. 4:16). Setiap laki-laki Yahudi berhak memimpin kebaktian di Sinagoge, mula-mula juga seorang Yahudi yang telah menjadi pengikut Kristus (Kristen), seperti Paulus (Kis. 13:15)
Orang Yahudi sedang menantikan kehadiran seorang Mesias (Penyelamat) sesuai Kitab Suci (PL) mereka miliki
Orang Yahudi mempunyai sikap moralisme: ketaatan pada hukum Taurat sebagai syarat untuk berkenan kepada Tuhan, sehingga kadang Taurat merupakan kuk yang berat bagi orang Yahudi (Mat. 23:4; 11:30)
Orang Yahudi terkenal dengan Syema (pengakuan iman): Allah itu Esa (Ul. 3:14, Monoteisme)
Wilayah atau tanah kelahiran orang Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi, sering orang-orang Yahudi berusaha membebaskan diri dari jajahan Romawi tetapi gerakannya selalu ditumpas oleh prajurit Romawi (baca kitab Deuterokanonika/kitab Apokripa yang dimiliki oleh orang Katolik, dapat juga Introduksi PB oleh Ola Tuluan)
Orang-orang Yahudi di perantauan yaitu di luar Palestina seperti di Roma dan beberapa tempat lain dalam wilayah kekaisaran Romawi dan juga di luar wilayah jajahan Romawi seperti Partia biasanya pada hari-hari raya Yahudi mereka datang ke Yerusalem untuk merayakan.
Orang Yahudi telah memiliki Kitab Suci yang dapat memberi rujukan tentang Kristus dan pengikut-Nya (Mat. 1-2 dan teks lain dalam PB).
b. Sejarah Gereja Mula-mula di Yerusalem (Kis. 1-10) pada Abad I
Gereja ada oleh sebab Tuhan Yesus memanggil orang menjadi pengikut-Nya.Mereka dipanggil dalam persekutuan dengan Dia, yaitu Gereja. Jadi wujud Gereja ialah persekutuan dengan Kristus yang juga mempengaruhi persekutuan dengan manusia lain. Wujud kedua dari Gereja ialah persekutuan dalam melaksanakan amanat Tuhan Yesus Kristus yaitu pemberitaan Injil (Berkhof dan Enklaar, 2004:vii).
Orang-orang yang pertama dipanggil oleh Tuhan Yesus Kristus adalah para rasul (Simon Petrus, Andreas, dst + Paulus). Sesudah Tuhan Yesus naik ke surga dan mengutus Roh Kudus (turunnya Roh Kudus) pada hari Pentakosta, para murid itu menjadi “rasul”, artinya: “mereka yang diutus” untuk memberitakan Injil sehingga lahirlah Gereja Kristen. Rasul Petrus melakukan tugas pemberitaan Injil ini secara baik pada saat murid-murid dipenuhi Roh Kudus.Petrus berkhotbah di Yerusalem dan 3.000 orang bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (bnd.Kis. 2). Peristiwa ini oleh para pakar Sejarah Gereja dilihat sebagai awal lahirnya Gereja mula-mula di Yerusalem. Bagian Kitab Suci yang banyak membicarakan tentang sejarah Gereja mula-mula adalah Kisah Para Rasul.Selajutnya Kitab ini disebut Kitab Sejarah Gereja mula-mula.
Dalam Kitab Kisah Para Rasul, kita dapat mengikuti cerita/kesaksian tentang orang-orang yang dipanggil menjadi pengikut Kristus (Gereja) melalui khotbah Para Rasul seperti:
• Kisah Para Rasul 2:14-41 khususnya ay. 41: Mereka yang bertobat 3.000 orang (= Jemaat Kristen I di Yerusalem)
• Kisah Para Rasul 2:47 = Pertumbuhan jemaat mula-mula di Yerusalem karena bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, dalam persekutuan, memecahkan roti (perhatian sosial satu dengan yang lainnya), dan doa serta memuji Allah. Mereka disukai semua orang dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Jadi pertambahan anggota jemaat karena Tuhan melalui orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Artinya mereka yang tidak percaya melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri orang-orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus.
• Kisah Para Rasul 4:4 = Pertambahan jemaat mula-mula di Yerusalem menjadi 5.000 orang. Artinya melalui pengajaran/khotbah Petrus dan Yohanes (Yoh. 4:1) maka di antara orang yang mendengar ajaran Petrus dan Yohanes ada yang bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus.
• Kisah Para Rasul 5:14 = Pertambahan jemaat mula-mula di Yerusalem: makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan.
• Kisah Para Rasul 8:4-13 = Dimulainya jemaat Kristen pertama di Samaria melalui pemberitaan Injil oleh Filipus: Orang banyak yang mendengar pemberitaan Filipus dan tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakan itu. Selanjutnya para rasul mengutus Petrus dan Yohanes ke Samaria dan mereka berdoa di sana supaya semua orang Samaria beroleh Roh Kudus, karena mereka baru dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
• Kisah Para Rasul 8:26-40 = Narasi tentang orang non-Yahudi (Etiopia) yang diinjili Filipus dan dibaptis.
• Kisah Para Rasul 9:32-43 = Jemaat pertama atau penduduk di Lida, Saron, dan Yope yang percaya kepada Tuhan karena pelayanan Petrus.
• Kisah Para Rasul 10:1-48 = Jemaat pertama non-Yahudi/yang tidak bersunat di Kaisarea yaitu Kornelius dan orang-orang di Kaisarea yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus melalui pelayanan Petrus dan dibaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Berdasarkan paparan di atas, kita memahami bahwa lahirnya jemaat Gereja mula-mula di Yerusalem dan beberapa daerah di sekitar Palestina adalah hasil karya Roh Kudus melalui Rasul Petrus, Rasul Yohanes, Filipus dan beberapa rasul yang lain. Sedangkan Rasul Paulus dan Barnabas diutus oleh Jemaat Antiokhia ke bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi di perantauan yaitu di wilayah Romawi (dibahas secara khusus dalam konteks Hellenisme).
Jadi dapat dipahami bahwa mayoritas anggota jemaat/Gereja mula-mula di Yerusalem adalah orang Yahudi dan berperan cukup besar s.d. tahun 70 Masehi sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan oleh Jenderal Titus dan terjadinya pemisahan hubungan orang Kristen Yahudi dan Orang Yahudi yang beragama Yahudi. Jadi, sejak tahun 70 Agama Yahudi dan Kristen berpisah.Sejak saat itu orang Kristen Yahudi tidak diperkenankan memakai tempat ibadah Yahudi seperti sinagoge.
c. Perkembangan Gereja dalam Konteks Hellenisme
Faktor-faktor pendukung perkembangan Gereja dalam dunia Hellenisme (pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi):
1. Sentralisasi/pemusatan kekuasaan: penaklukan daerah lain menjadi bagian wilayah kekuasaan,seperti Aleksander Agung (336-323 sK) kerajaan Makedonia (Yunani) menguasai Yunani, Asia Kecil (Turki), Palestina, Syria, Persia, Mesir dan memasuki India. Kemudian kekaisaran Romawi berhasil menaklukkan wilayah yang dikuasai kerajaan Yunani. Pada waktu itu kebudayaan Yunani mempengaruhi wilayah Asia Barat: Palestina, Asia Kecil, Syria (bhs Gereja tetap bahasa Siria/Aram), dan Antiokhia yang nanti menjadi pusat PI untuk menjangkau daerah-daerah kafir di wilayah Romawi dan Persia.
2. Kesatuan Kebudayaan: bahasa pergaulan (bahasa sehari-hari) adalah bahasa Yunani. PB ditulis dalam bahasa Yunani Koine.
3. Perdagangan dan lalulintas dalam kekaisaran Romawi: memberi peluang kepada para rasul dan orang-orang Kristen memberitakan Injil ke berbagai wilayah dalam kekaisaran Romawi melalui jalan darat dan jalan laut.
4. Perdamaian dunia (Pax Romana = damai yang dijamin oleh Roma): ada jaminan keamanan bagi penduduk kekaisaran Romawi dengan cara pemerintah Romawi mempersiapkan prajurit-prajurit untuk keamanan di daerah kekuasaan Romawi. Kondisi ini memberi peluang untuk pekabaran Injil dalam wilayah kekaisaran Romawi. Bandingkan keamanan di Indonesia yang olehnya kita dapat hadir di kota mana saja di Indonesia dengan jaminan keamanan polisi, tentara, dst. Tantangan tetap ada, tetapi jaminan keamanan memberi peluang pekabaran Injil.
5. Agama Yahudi di perantauan sebagai pelindung agama Kristen: awal perkembangan Kristen dilihat sebagai sekte atau aliran Yahudi, tetapi setelah gerakan pengikut Kristen semakin banyak maka terjadilah tekanan-tekanan dan penganiayaan-penganiayaan sampai pembedaan atau pemisahan orang Kristen dengan agama Yahudi pada tahun 70.
6. Orang-orang yang takut akan Allah = orang kafir yang percaya kepada Allah dan suka berbakti di sinagoge, tetapi mereka tidak melaksanakan seluruh Hukum Turat dan belum bersunat (Kis. 13:16, 17:14, Kis. 10 dan 11). Kelompok ini di kemudian hari memberi kontribusi yang besar bagi jumlah anggota Gereja atau Kristen, karena menjadi Kristen tidak harus sunat lahiriah tetapi sunat batiniah. Mereka tertarik kepada Kristennya Rasul Paulus daripada Petrus dkk.
7. Septuaginta: Terjemahan Taurat dalam PL dalam bahasa Yunani Koine untuk orang-orang Yahudi diaspora/perantauan: orang-orang Yahudi diaspora pada umumnya berbahasa Yunani Koine, sehingga mereka membutuhkan kitab suci dalam terjemahan Yunani Koine. Jadi Septuaginta menolong para pemberita Injil dalam dunia Hellenisme.
8. Filsafat: Plato, Stoa, Epikurranisme. Filsafat sering dipakai oleh bapa-bapa Gereja untuk menjelaskan iman Kristen kepada orang-orang cerdik pandai yang selalu menyerang iman Kristen dengan tuduhan-tuduhan yang tidak logis, salah satunya telah dilakukan oleh Agustinus dalam bukunya De Civitate Dey. Di sini, filsafat menjadi salah satu faktor pendukung dalam arti penggunaan filsafat untuk menerjemahkan konsep Kristen.
Pusat pekabaran Injil pada abad pertama untuk menjangkau wilayah-wilayah di luar Palestina dalam kekaisaran Romawi yaitu kota Antiokhia. Di kota Antiokhia, khususnya jemaat yang berbahasa Yunani mengutus Paulus dan Barnabas ke Barat, yaitu ke wilayah Romawi, sedangkan yang berbahasa Aramik seperti Gereja Syria mengutus para misionari ke wilayah Timur (akan dibahasa dalam SGA).
Informasi tentang perkembangan Gereja dari Antiokhia ke arah Barat dapat kita selidiki dalam Kisah Para Rasul.
• Kisah Para Rasul 10:1-48: Menyaksikan jemaat pertama non Yahudi (yang tidak bersunat) di Kaisarea yaitu Kornelius dan orang-orang di Kaisarea yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus melalui pelayanan Petrus dan dibaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
• Kisah Para Rasul 11:19-30: Menyaksikan sejarah Gereja/jemaat mula-mula di Antiokhia yang terdiri atas orang-orang yang tidak bersunat/bangsa lain/bangsa non-Yahudi, ketika jemaat mula-mula di Yerusalem mendengar tentang pertobatan orang-orang non-Yahudi di Antiokhia maka mereka mengutus Barnabas ke Antiokhia, selanjutnya Barnabas mencari Saulus di Tarsus untuk dibawa ke Antiokhia (11:25). Mereka tinggal bersama jemaat dan mengajar jemaat di Antiokhia selama satu tahun lamanya.
• Kisah Para Rasul 12:24; 13-28:1-30 = 1) Kisah pengutusan Paulus dan Barnabas oleh jemaat di Antiokhia untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di: Seleukia, Siprus (13:4), Salamis (13:5), Pafos (13:6) di sana seorang gubernur bertobat (13:12), ke Perga, Pamfilia dan tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat, mereka (Paulus, Barnabas, dan Yohanes) ke rumah ibadat (sinagoge) dan memberitakan Injil dalam rumah ibadat kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah/orang yang tertarik dengan agama Yahudi (13:14-48).
• Kisah Para Rasul 14:1: kisah PI Paulus dan Barnabas di Ikonium di rumah ibadat Yahudi (sinagoge), mereka yang mendengar yaitu sebagian orang Yahudi dan orang Yunani percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (14:1-2).
• Kisah Para Rasul 14:21-28: kisah perjalanan Paulus dan Barnabas kembali ke Antiokhia, dari perjalanan mereka ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa pasti ada orang-orang yang mendengar Injil dan percaya kepada Kristus.
• Kisah Para Rasul 15:1-34: Kisah pergumulan orang non-Yahudi yang menjadi Kristen tentang sunat sebagaimana yang diajarkan oleh orang Kristen Yahudi dari Yudea yang datang ke Antiokhia dan mengajar jemaat di sana bahwa jika mereka tidak disunat maka mereka tidak akan selamat (15:1). Namun Paulus dan Barnabas melawan secara keras, yaitu orang non-Yahudi yang menjadi Kristen tidak perlu disunat, yang kemudian diselesaikan/dibicarakan dengan para rasul dan penatua-penatua di Yerusalem (15:2b-34).
• Kisah Para Rasul 16:4-12: Kisah Paulus dan Silas memberitakan Injil kepada orang-orang di Makedonia.
• Kisah Para Rasul 16:13-40: Kisah pelayanan Paulus ketika berada di Filipi, mereka berusaha mencari tempat ibadat orang Yahudi (16:13) dan dalam rumah ibadat itu mereka berbicara kepada perempuan-perempuan, salah satunya yaitu Lidia dan seisi rumahnya dibaptis. Selain itu kepala penjara di Filipi serta seisi rumahnya juga percaya kepada Yesus melalui pengajaran Paulus dan Silas.
• Kisah Para Rasul 17:1-9: Kisah pelayanan Paulus dan Silas di Tesalonika. Paulus dan Silas masuk dalam rumah ibadat dan mengajarkan kepada mereka bagian-bagian kitab suci. Hasilnya, beberapa orang Yahudi, sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan perempuan-perempuan terkemuka,percaya kepada Yesus Kristus.
• Kisah Para Rasul 17:10-15: Kisah pelayanan Paulus dan Silas di Berea. Mereka masuk ke rumah ibadat (sinagoge) lalu mengajar. Hasilnya, banyak orang Yahudi yang mendengar pengajaran tersebut menjadi bertobat, perempuan-perempuan terkemuka di Berea serta laki-laki Yunani (17:12). Selanjutnya Silas dan Timotius tinggal di Berea, tetapi Paulus melanjutkan perjalanan ke Atena.
• Kisah Para Rasul 17:16-34: Kisah pelayanan Paulus di Atena. Paulus masuk ke rumah ibadat (Sinagoge) dan bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah (orang-orang non-Yahudi yang tertarik dengan agama Yahudi), dan juga dengan orang-orang yang dijumpai di pasar, selain itu dengan beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan Paulus. Paulus membe-ritakan Injil tentang Yesus dan kebangkitan-Nya. Hasilnya, beberapa laki-laki menjadi percaya, di antaranya Dionisius (anggota majelis Areopagus), seorang perempuan bernama Damaris, dan orang lain yang bersama-sama mereka (Kis. 17:33-34)
• Kisah Para Rasul 18:1-16: Kisah pelayanan Paulus di Korintus. Pada setiap hari Sabat, Paulus masuk ke rumah ibadat Yahudi dan berusaha meyakinkan orang Yahudi dan orang-orang Yunani (18:4). Di sini Paulus dihina dan dihujat, setelah mengebaskan debu kaki, Paulus memutuskan untuk memberitakan Injil khusus kepada orang-orang non-Yahudi, pergi kepada bangsa-bangsa lain (18:6). Hasil pelayanan Paulus di Korintus yaitu Titius Yustus dan Krispus seorang kepala rumah ibadat serta seisi rumahnya dan banyak dari orang-orang Korintus yang mendengarkan pemberitaan Paulus menjadi percaya dan memberi diri untuk dibaptis (18:7-8).
• Kisah Para Rasul 19:1-11: Kisah pelayanan Paulus di Efesus, termasuk berbicara di ruang kuliah Tiranus. Dilakukan selama dua tahun sehingga semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani (19:9-10).
• Kisah Para Rasul 28:30-31: Kisah tentang Paulus bersama orang-orang tahanan yang dibawa ke Roma. Di sana Paulustinggal selama dua tahundi rumah kontrakannya. Selama itu Paulus menerima orang-orang yang datang kepadanya. Selanjutnya Paulus menulis surat kepada jemaat di Roma. Jemaat di Roma bukan merupakan hasil pela-yanan Paulus, kemungkinan hasil pelayanan orang lain yang percaya kepada Kristus, tetapi karena Paulus sangat senang mendengar perilaku iman jemaat di Roma maka Paulus menulis surat kepada mereka untuk memberi nasihat pastoral kepada mereka.
• Selain itu dalam surat-surat Perjanjian Baru dipaparkan tentang jemaat mula-mula di berbagai wilayah Romawi seperti: jemaat di Roma, jemaat di Korintus, jemaat di Tesalonika, jemaat di beberapa tempat di wilayah Romawi yang tidak disebutkan di sini, tetapi dapat muncul dalm surat-surat seperti 1,2 Petrus, dst.
Jadi, jemaat Kristen/Gereja yang berdiri pada zaman para rasul itu cukup banyak dan tersebar di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi.
2. Penghambatan dan Penganiayaan Gereja Mula-mula (30-590)
Penghambatan terhadap Gereja dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu penghambatan secara insidentil dan lokal dan penghambatan secara sistematis.
a. Penganiayaan Gereja secara Insidentil dan Lokal (30-250)
1) Penganiayaan oleh Kaisar Nero (37-68)
• Menyuruh membakar Kota Roma dan mengkambinghitamkan orang Kristen = orang Kristen menjadi penyebab kebakaran tersebut.
• Melemparkan orang Kristen ke dalam koloseum lalu mengeluarkan singa, harimau, serigala untuk menerkam orang-orang Kristen
• Orang Kristen dibungkus dengan kulit binatang lalu dikeringkan hingga mati
• Orang Kristen dibiarkan diterjang banteng
• Orang Kristen dijadikan sebagai obor dengan cara disirami minyak lalu dibakar pada malam hari
• Menurut tradisi Paulus dan Petrus mati pada masa Nero tahun 68 Masehi.
2) Penganiayaan oleh Kaisar Titus Flavius Domitianus Agustus (51-96 M)
• Menganiaya orang Kristen karena takut kerajaannya tersaingi dengan Kerajaan Kristus yang diberitakan oleh orang Yahudi Kristen
• Membunuh istrinya yang dianggap Kristen
• Membunuh keponakannya yang dianggap Kristen
• Membunuh menantunya yang dianggap Kristen
• Ketika hendak memasukkan Rasul Yohanes ke dalam minyak yang mendidih terjadilah guntur dan halilintar, ia takut dan melepaskan Yohanes dan memenjarakan di pulau Patmos.
3) Penganiayaan oleh Kaisar Markus Ulpius Trayanus (52-117 M)
• Ia bersikap toleran terhadap agama-agama namun karena orang Kristen tidak mau menyembah gambar Kaisar sebagai Tuhan maka ia menghukum orang-orang Kristen.
• Ignatius, uskup dari Antiokhia dan Simon dari Yerusalem mati sebagai martir di bawah pemerintahannya.
4) Penganiayaan oleh Kaisar Markus Aurelius Antonius (121-180 M)
• Sebenarnya ia tidak menentang orang Kristen, tetapi karena ada yang mengadu bahwa orang Kristen mendurhakai dewa Roma sehingga mendatangkan bencana alam, maka Sang Kaisar memerintahkan untuk menangkap orang-orang Kristen yang kesalahannya terbukti.
• Polikarpus, seorang uskup Smirna mati sebagai martir di bawah pemerintahan Markus Aurelius Antonius.Ketika Sang Kaisar berkata: ingatlah umurmu, Polikarpus menjawab: delapan puluh enam tahun aku mengabdi kepada Kristus, dan dalam sesuatu apapun Ia tidak berbuat salah padaku, bagaimana mungkin aku mengumpat/menyangkal Rajaku yang menyelamatkan aku? (Harta Bejana, hlm.56).
5) Penganiayaan oleh Kaisar Maximinus The Tharacianus (235-238)
• Merusak rumah Gereja (mungkin yang dipakai beribadah)
• Membunuh pemimpin Gereja
• Memaksa orang menyembah berhala
b. Penganiayaan Gereja secara Sistematis (250-313 M)
1) Penganiayaan oleh Kaisar Decius Trayanus (201-251)
Pada tahun 250 ia mengadakan penganiayaan secara sistematis/besar-besaran kepada orang-orang Kristen, yaitu:
• Memerintahkan semua penduduk menyembah berhala
• Yang melanggar dihukum penggal
• Orang Kristen disuruh berjalan di atas besi yang sedang membara
• Orang Kristen di suruh duduk di atas kursi paku
• Dll
Ia mati di medan perang pad tahun 251 dan bangkainya diberikan kepada burung gagak.
2) Penganiayaan oleh Kaisar Valerianus (193-269 M)
Pada tahun 258 ia mengumumkan:
• Melarang kebaktian orang Kristen
• Membunuh pemimpin Gereja
• Menyita harta pejabat yang beragama Kristen
• Barang siapa yang percaya kepada Kristus dibunuh
• Dalam kalangan istana, siapa yang percaya hartanya disita
• Dua tokoh terbunuh di bawah pemerintahan Valerianus: Ciatus dan Cyprianus seorang uskup Kartago Afrika Utara.
3) Penganiayaan oleh Kaisar Dioklesionus (245-313 M)
Pada tahun 305 ia mengeluarkan 4 perintah:
• Memusnahkan seluruh tempat ibadah orang Kristen
• Memenjarakan semua pimpinan Gereja
• Barang siapa yang mau menyembah gambar raja di dalam penjara akan dilepaskan
• Mengharuskan orang-orang Kristen dengan setia menyembah berhala/gambar, yang melanggar akan diancam hukuman mati.
Pada tahun 313 Dioklensionus meninggal karena digigit ular.Sejak saat itu gereja masuk dalam masa damai.Ketika Konstatianus menjadi kaisar Gereja memasuki masa baru/masa bebas penganiayaan.
3. Pengakuan Gereja oleh Pemerintah Kekaisaran Romawi
Masa pengakuan Gereja oleh Negara (Kekaisaran Romawi) terjadi melalui dua fase/tahap yaitu melalui Edik Milano dan masa pemerintahan Kaisar Theodosius.
a. Edik Milano Tahun 313: oleh Kaisar Konstatianus Agung
Isi edik Milano (sering disebut edik Toleransi)
1. Penganiayaan terhadap Gereja resmi dihentikan, semua kerugian yang diderita Gereja akan diganti oleh negara dan pembiayaan Gereja dan para rohaniwan akan dibantu negara
2. Agama Kristen diakui sebagai religio licita di seluruh kekaisaran Romawi (salah satu agama di antara agama-agama yang dikenal di Roma)
3. Hari Minggu ditetapkan dan dirayakan sebagai hari libur resmi (dampaknya berpengaruh sampai sekarang).
b. Kaisar Theodosius
Theodosius dalam masa pemerintahannya mengeluarkan suatu keputusan yang biasa disebut edik Theodosius, yang isinya:
1. Agama Kristen dijadikan sebagai satu-satunya agama negara
2. Gereja menjadi Gereja Negara
3. Kasiar menjadi pelindung Gereja: mengurus dan bertanggung jawab atas.
Gereja, Gereja bertugas memelihara moral warga negara dan membimbing mereka menuju keselamatan abadi.Sejak dikeluarkannya keputusan oleh Theodosius maka kuil-kuil kafir dihancurkan, orang-orang kafir diwajibkan masuk Kristen.Sejak saat itu masyarakat Eropa masuk dalam Corpus Christianum (Masyarakat Kristen).Gereja dan negara diatur oleh orang-orang Kristen.Jadi agama Kristen pernah dijadikan sebagai agama negara pada masa kaisar Theodosius.
4. Tantangan Gereja Mula-mula dari Dalam
Kelompok ajaran sesat yang mengancam Gereja mula-mula yang akan dijelaskan di sini adalah gnostik, Marcion, dan Montanisme.
a. Gnostik
Gnostik (campuran filsafat Yunani khususnya Plato, unsur-unsur kekafiran, khusus-nya yang berasal dari Persia dan Mesir dan unsur-unsur iman Kristen.Gnostik muncul pada akhir abad I dan mencapai puncaknya pada pertengahan abad II.Kemungkinan Gnostik dicetuskan oleh Simon Magus.Gnostik berasal dari kata Yunani ‘gnosis’ yang berarti pengetahuan/hikmat tertinggi yang bersifat rahasia yang membutuhkan iluminasi khusus.
Ajaran-ajaran gnostik, dua di antaranya sbb (yang lain lihat Dietric Kuhl, I:72-73):
1. Allah yang tertinggi dan yang adalah Roh itu, tidak mempunyai hubungan dengan dunia ini. Dunia yang penuh penderitaan dan kejahatan tidak mungkin diciptakan oleh Allah Yang Mahabaik, Mahakasih, Mahatahu. Allah adalah Terang dan Roh. Dunia penuh kegelapan. Dunia ini dijadikan oleh suatu ilah yang lain yang dinamakan Demiurgos/tukang. Ilah inilah yang diberitakan oleh PL. Jadi ilah ini lebih rendah dari pada Alllah atau disebut malaikat bawahan. Gnostik mempertentangkan Allah dalam PL dan PB.
2. Kristus diutus oleh Allah Yang Mahatinggi dan bukan oleh Allah Pencipta (Demiurgos). Kristus tidak menjelma, melainkan Ia memakai tubuh maya sehingga Ia pura-pura mati di kayu salib (Doketisme).
b. Marcion
Ia adalah pendiri suatu bidat yang bersifat Gnostik. Ia adalah seorang pedagang kaya dari Laut Hitam (bagian Timur Laut Asia Kecil). Ayahnya seorang uskup.Pada tahun 140 Marcion pindah ke Roma dan menjadi anggota Gereja di Roma. Di Roma ia dipengaruhi oleh Gnostik, ia dikucilkan dari jemaat di Roma, karena dianggap menganut ajaran sesat. Marcion kemudian mendirikan suatu Gereja dan berkembang dengan cukup pesat tahun 150 dan 190, namun sesudah tahun 250 pengaruh Marcion berkurang dan hilang dalam kekaisaran Romawi bagian Barat, sedangkan di bagian Timur bertahan sampai tahun 800, khususnya di Siria, Asia Kecil, dan di Persia.
Ajaran Marcion:
• Allah PL dan PB berbeda
• Dunia, materi, dan tubuh manusia adalah bagian yang terendah yang memperbudak jiwa manusia.
• Yesus Kristus tidak diutus oleh Allah Pencipta yang disaksikan dalam PL, tetapi oleh Allah Penyelamat untuk menyelamatkan dunia dan manusia dari tangan Allah khaliknya.
c. Montanisme
Montanisme mulai tahun 156 di Frigia, Asia Kecil dan berkembang ke seluruh wilayah Romawi.Pengaruhnya semakin berkurang dan menghilang pada tahun 500 masehi.
Montanus menekankan pentingnya nubuatan-nubuatan dan glossolalia, kedatangan Tuhan Yesus dengan segera, dan ekstase.Montanus menganggap dirinya Parakletos (Roh Kudus) yang dijanjikan Yesus dalam Yohanes 16:7 dan yang membawa penyataan Allah yang terakhir dan tertinggi. Montanus mengatakan, “Saya dan Bapak yang berfirman, …” atau “Saya adalah Parakletos yang berfirman”. Montanus juga mengatakan bahwa Kristus telah datang kepada dia dalam rupa seorang wanita dengan mengenakan pakaian yang bercahaya.
Untuk melawan pengajaran-pengajaran sesat ini, Gereja memakai tiga senjata yaitu:
1. Kanon (PL dan PB: kanon PB selesai tahun 367 di bagian Timur Romawi, sedangkan bagian Barat Romawi tahun 382)
2. Pengakuan Iman (macam-macam Pengakuan Iman: PIR, PIN, PIK, dst) (Dietrick Kuhl, Jilid I, 1992:98-102)
3. Pewarisan jabatan dalam Gereja
5. Pandangan Bapa-bapa Gereja
Sebenarnya banyak pandangan dari Bapa-bapa Gereja yang diketengahkan di sini, namun karena berbagai keterbatasan maka kami pilih tema-tema aktual yang pernah dipercakapkan oleh Bapa-bapaGereja dengan memperhatikan aspek asas manfaat bagi kita pada masa kini, HARTA MILIK DAN PENGGUNAANNYA.
Namun sebelum kita membahas pandangan Bapa-bapa Gereja maka terlebih dahulu kita melihat data Perjanjian Baru tentang milik pribadi dan penggunaannya:
Milik pribadi dan penggunaan kekayaan dalam pemberitaan Tuhan Yesus (Mat. 6:25-34/Luk. 12:22-32; 16:19-31; 4:16-20; 12:16-21; 9:3; 10:4; Mrk. 4:19, dll)
Milik pribadi dan penggunaannyadalam KPR (Kis. 2:44,45; 4:32; 5:1-11; 6:1-7; 9:36-42)
Milik pribadi dan penggunaan kekayaan dalam surat-surat Paulus (1Tes. 4:12; 5:14; 2Tes. 3:7-10; 2Kor. 8:13-15; Rm. 12:13; 2Kor. 9:12; 1:29; 2Kor. 5:10; 6:10; 9:5, Kol. 3:5, 1Tim. 6:6-10; Fil. 3:19-20; 4:10-20).
Pandangan Bapa-bapa Gereja:
a) Wahyu Hermas (abad ke-2): ia menyamakan orang-orang kaya dalam jemaat Gereja mula-mula dengan batu-batu bundar yang tidak cocok untuk dipakai dalam pembangunan Gereja: “Bilamana kekayaan mereka yang merupakan sukacita hati mereka, dipotong dari mereka, baru mereka berguna untuk Allah, sama seperti batu-batu bundar yang harus dipotong dan dicocokkan supaya mereka menjadi berbentuk persegi empat dan dengan demikian berguna”.
b) Yohanes Damaskenus (675-749): ia mengatakan, “Kaya adalah dia yang menaruh belas kasihan Allah. Mengertilah, hai orang-orang kaya, bahwa seharusnya kamu melayani (dengan kekayaan), karena kamu menerima lebih banyak dari apa yang kamu butuhkan. Sadarilah dan belajarlah, hai orang-orang kaya, bahwa apa yang kamu punyai dalam kelimpahan merupakan sekaligus kekurangan orang-orang lain. Tirulah kasih Allah dan tidak akan ada lagi orang-orang miskin dan pengemis”. Di sini milik pribadi tidak dapat dipisahkan dari segi taggung jawab memperhatikan orang laindengan apa yang kita miliki.”
c) Klemens dari Aleksandria (155-220): ia mengatakan, “Kita memiliki harta dan rumah hanya sebagai pemberian Allah. Tuhanlah yang memberikan semuanya itu, supaya kita memiliki harta, kita memakainya demi kepentingan orang-orang yang membutuhkannya. Kita mesti menyadari bahwa kita memiliki harta kita ini bukan karena dan untuk kita sendiri, melainkan karena dan untuk saudara-saudara kita yang berkekurangan.” Dengan demikian harta yang dihabiskan untuk kepentingan diri kita sendiri, membawa kita kepada dosa.
d) Cyprianus (wafat 258) dan Basilius (329-379): menurut mereka, segala harta dan kekayaan diberikan untuk menghapuskan kemiskinan dan untuk menghayati kasih Allah. Basilius menghimbau; “Bila masing-masing kita mengambil apa yang sungguh-sungguh kita butuhkan dan membiarkan selebihnya untuk saudara-saudara yang lain yang membutuhkannya, maka di manakah orang kaya dan di manakah orang miskin?
Pandangan Bapa-bapa Gereja tentang dogma Gereja:
a. Ireneus (140-195). Tentang Yesus Kristus:ia mempertahankan bahwa Kristus adalah Allah sepenuhnya.Tentang Kesatuan Tubuh dan Jiwa:ia menyatakan, “Jiwa dan tubuh adalah satu dan tubuh ikut diselamatkan”.Tentang Sakramen:ia mengatakan “sakramen adalah ragi/obat kekekalan. Anugerah Allah disalurkan kepada kita terutama melalui sakramen”.
b. Origenes (158-254). Menurutnya Kristus berpangkat lebih rendah daripada Allah Bapa
c. Athanasius (328-373): Kristus adalah Allah sepenuhnya, dan tidak boleh dibedakan dengan Allah Bapa. Kalau Kristus bukan Allah maka bagaimana kita memperoleh kekekalan kelak? (Lih. Van den End, Harta dalam Bejana, hlm.68-69)
d. Nestorius: tentang penekanan tabiat manusia Yesus (akan dibahas dalam pertikaian Kristologi)
e. Cyrillus: tentang penekanan tabiat keilahian Yesus Kristus (akan dibahas dalam pertikaian Kristologi)
f. Ambrosius: Hubungan kaisar dan Gereja/Hubungan Gereja dan negara. Menurutnya kaisar dan pemerintahan pada umumnya adalah prajurit Allah yang harus bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Kalau mereka berdosa, walau dalam kebijakan politisnya sekalipun, mereka akan terkena hukuman disiplin Gereja sama seperti anggota jemaat lainnya.
6. Persoalan Pelembagaan/Organisasi/Tata Gereja
Setelah Gereja berkembang dalam dunia Hellenisme, Gereja mulai mengembangkan bentuk organisasinya (pengaruh lingkungan: pemerintah dan ketentaraan, di dalamnya dikenal hirarki: uraian pangkat). Mulai tahun 100 para penilik (episkopoi/uskup yang dibantu oleh diaken-diaken/diakonoi) yang dipilih dari penatua-penatua (presbuteroi) mulai menganggap pelayan-pelayan lainnya sebagai bawahannya. Mulai ditetapkan hirarki (urutan pangkat): Penilik-Penatua-Diaken. Dalam perubahan selanjutnya satu penilik uskup untuk seluruh jemaat, misalnya di Antiokhia tahun 110, Roma tahun 150, dan tempat-tempat lainnya. Dengan demikian, mulailah berlaku sistem pemerintahan Gereja Episkopal (Gereja dipimpin oleh uskup-uskup dan setiap uskup mempunyai kewenangan yang sama untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan Gereja yang dipimpinnya). Namun jika muncul persoalan-persoalan dalam beberapa jemaat serentak, maka hal itu diputuskan dalam sidang para uskup, atau sinode/konsili. Sistem ini memungkinkan semua uskup mempunyai kekuasaan atau kewenangan yang sama atau bersama-sama berkuasa dalam Gereja (sistem ini disebut Episkopalisme). Sistem ini masih dilakukan oleh Gereja Ortodoks Timur (Rusia dan Eropa Tengah) dan Gereja Anglikan.Mula-mula Gereja di Eropa Barat memakai sistem Episkopal juga. Tetapi di Roma, uskup di sana pada tahun 590 mendapat kekuasaan tertinggi dari uskup lainnya sehingga uskup Roma disebut Paus. Sejak itulah berlaku sistem kepausan.
Uskup-uskup yang terkenal waktu itu adalah Uskup Antiokhia, Uskup Roma, Uskup Afrika, dan Uskup Yerusalem.Keempat keuskupan ini dalam persaingan mencari kekuasaan tertinggi, akhirnya uskup Romayang disahkan menjadi Paus.
Uskup Pertama, Gregor I Agung (590).Uskup Roma berusaha untuk mendapat kekuasaan tertinggi atas uskup-uskup lainnya dalam Gereja Katolik.
Dari Gregor I (590) – Gregor VII (1050) Paus berusaha mencapai supremasi dalam persaingan dengan kaisar Romawi. Dari Gregor VII (1050) – Bonifacius VIII (1294) Paus mencapai puncak kekuasaan atas kaisar. Dari Bonifacius VIII (1294) – Martin Luther (1517), Paus mengalami kemunduran pengaruh dan kekuasaan.
Penetapan lembaga Gereja penting karena kewenangan untuk menjatuhkan sanksi atas doktrin-doktrin yang salah yang harus diputuskan dalam sidang Gereja yang dipimpin oleh pemimpin Gereja.Pewarisan jabatan adalah senjata Gereja untuk menangkal ajaran-ajaran sesat. Tiga senjata Gereja yang dimaksud yaitu:
Kanon (PL dan PB: kanon PB selesai tahun 367 di bagian Timur Romawi, sedangkan bagian Barat Romawi tahun 382)
Pengakuan Iman (macam-macam Pengakuan Iman: PIR, PIN, PIK, dst) (Dietrick Kuhl, Jilid I, 1992:98-102)
Pewarisan jabatan (perlunya jabatan dalam Gereja).
7. Pertikaian Teologis dan Penyelesaiannya oleh Konsili
Sejak abad ke-2 telah mulai muncul pertikaian-pertikaian tentang Kristus. Pertikaian tersebut meliputi:
1. Pertikaian tentang Trinitas
Apakah Yesus sederajat dengan Allah atau lebih rendah?Dan bagaimana status Roh Kudus?Apakah Roh Kudus sederajat dengan Allah atau lebih rendah?
2. Pertikaian tentang Kristologi
Apakah dan bagaimanakah Kristus betul-betul manusia?(Pergumulan Kristologi Alexandria dan Antiokhia).
Pertikaian teologis tentang kemanusiaan Kristus dimulai di Konstatinopel, khususnya diskusi tentang bagaimana hubunganantara kemanusiaan dengan keilahian-Nya atau hubungan kedua tabiat Yesus tersebut. Bagaimana mungkin Kristus, yang sepenuhnya ilahi dapat menjadi manusia sama seperti manusia biasa?Bagaimana mungkin dalam manusia Yesus dari Nazaret orang berjumpa dengan Allah?Hal ini sulit dibayangkan oleh orang Yunani, sebab ada perbedaan besar dan hakiki antara Allah dan manusia. Walaupun demikian penekanan kemanusiaan Yesus bagi orang-orang Yunani penting karena:
Alasan Alkitabiah: yaitu Injil-injil menceritakan Yesus sebagai manusia
Alasan Teologis (alasan soteriologis/keselamatan), yaitu supaya manusia diselamatkan. Dan untuk keselamatan inilah maka kemanusiaan dan keilahian Yesus Kristus saling berkaitan erat.
3. Pertikaian tentang Roh Kudus
Pertanyaan yang muncul pada waktu itu dalam kelompok Kristen di Alexandria adalah apakah Roh Kudus dilihat sebagai ilahi penuh atau Ciptaan Tertinggi?
Pertikaian-pertikaian tersebut di atas diselesaikan dalam konsili-konsili Gereja.Konsili yang dimaksud adalah:
a. Konsili Nicea (325). Perselisihan tentang Trinitas diselesaikan. Ajaran atau dogma yang dirumuskan dalam Konsili Nicea adalah dalam Allah ada tiga oknum (Bapa, Anak, Roh) yang mempunyai hakikat ilahi yang sama atau Bapa, Anak dan Roh Kudus sehakikat/satu hakikat atau satu keber-ada-an, tetapi tiga oknum/kepribadian. Singkatnya, Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah satu dalam keber-ada-an (sama-sama kekal), tetapi tiga dalam kepribadian. Dalam konsili ini paham Arius/Arianisme ditolak (lebih jelas mahasiswa pelajari dalam MK Dogmatika)
b. Konsili Konstantinopel (381). Tujuan utama dari konsili ini yaitu menjamin keilahian Roh Kudus (lihat pernyataan di atas), yaitu Roh Kudus adalah Tuhan, menjadi sama ilahi dengan Allah dan Kristus. Dengan keputusan tentang keilahian Roh Kudus dalam konsili Konstantinopel maka selesailah dogma/ajaran resmi tentang Trinitas yang dimiliki Gereja sepanjang abad.
c. Konsili Efesus (431). Konsili ini berusaha menyelesaikan pertikaian antara Nestorius (mewakili corak teologi Gereja di Antiokhia) dan Cyrillus (mewakili corak teologi dari Gereja di Aleksandria-Mesir). Dalam Konsili ini Nestorius dan kelompoknya dinyatakan salah atau pengajaran Nestorius (penekanan pada kemanusiaan Yesus) ditolak.
d. Konsili Chalcedon (451). Dalam konsili ini diselesaikan pertikaian tentang Kristologi (dua tabiat Kristus: Kemanusiaan dan Keilahian-Nya). Rumus Chalcedon tentang Kristologi adalah Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati (memiliki keilahian dan kemanusiaan-Nya)
e. Konsili Konstantinopel II (553). Dalam konsili ini ajaran Origenes (Kristus setengah Allah) ditolak. Konsili ini meresmikan Maria sebagai Aeiparthenos yaitu perawan seumur hidupnya.
f. Konsili Konstantinopel III (680). Konsili ini dilatarbelakangi oleh serangan bangsa Arab Islam dan keinginan Kaisar Romawi untuk memperkuat dan mempertahankan Gereja. Oleh karena itu terjadi kompromi antara Gereja-gereja Monofosit di Asia Barat di wilayah Romawi dengan Gereja Katolik, namun para pemimpin Gereja menolaknya dengan alasan tidak mau membenarkan Gereja yang pernah ditolak (Gereja monofisitisme/satu tabiat Kristus) di konsili Chalcedon.
g. Konsili Nicea II (787). Penyelesaian perdebatan tentang pemakaian gambar-gambar orang suci oleh orang Kristen. Perselisihan ini disebut ‘iconoclastic contraversy’ (Yunani ‘eikon’ berarti gambar). Gambar yang dimaksud adalah gambar-gambar yang memperlihatkan wajah orang-orang suci dan saleh, wajah Tuhan Yesus dan Bunda Maria.
8. Augustinus dan Karyanya (354-430)
a. Riwayat Singkat Hidup Agustinus
Lahir di Thagaste, Afrika Utara tahun 354
Ayahnya seorang kafir yang baru masuk Kristen sebelum meninggal tahun 372
Ibunya yang bernama Monika, seorang percaya yang dengan tekun mendoakan anaknya, sehingga Ambrosius menyatakan: “Seorang anak yang begitu banyak didoakan dengan mencucurkan air mata, mustahil binasa”.
Agustinus mempelajari ilmu retorika (ilmu pidato, ilmu kefasihan berbicara di Kartago (thn.371-375)
Sejak tahun 372 (usia 17 tahun, masih sebagai mahasiswa di Kartago) ia hidup bersama dengan seorang perempuan tanpa nikah sah (sampai thn.385). Dari hubungan ini Augustinus mempunyai seorang anak, namanya Adeodatus artinya yang diberikan oleh Allah.
Augustinus dan anaknya dibaptis pada tahun 387, namun kemudian anaknya meninggal dalam usia muda.
Menjadi guru besar ilmu pidato di Thagaste, Afrika Utara antara tahun 375 – 383
Selanjutnya menjadi guru besar dalam bidang yang sama di Roma, ketika di sana dia bertobat (386)
Riwayat pertobatan Augustinus: Pada suatu saat ia menyendiri di kebun dan berseru kepada Tuhan: “Berapa lama lagi, ya Tuhan? Betapa lagi Engkau marah. Jangan ingat akan dosa-dosa saya pada waktu masih muda. Berapa lama lagi? Berapa lama? Besok? Mengapa tidak hari ini? Mengapa tidak sekarang? Mengapa tidak pada jam sekarang ini? Engkau menghentikan kemalanganku?” Dalam situasi ini Augustinus mendengar suara dari anak-anak yang bermain di sekitarnya, “Ambillah dan bacalah!” Ia tersentuh, kemudian kembali kerumahnyadan mengambil Alkitab dan membaca Roma 13:13-14. Sejak saat ini Augustinus meyakini pengampunan dosa dan menyaksikan pertobatannya kepada teman-teman seprofesinya dan juga kepada ibunya.
Augustinus pulang ke Kartago dan menjual warisannya dan membagi-bagikan kepada orang miskin
Pada tahun 387 Augustinus dibaptis bersama putranya (lih. di atas)
Augustinus mendirikan sebuah biara kecil di Thagaste dan belajar bersama teman-teman sepanggilan selama 5 tahun
Kemudian ia pindah ke Hippo Regius (perkembangan seminari Teologi yang menamatkan banyak imam dan penatua dan juga sedikit-dikitnya 10 uskup, dan selanjutnya berkembang menjadi Ordo Augustin.
Pada tahun 391 Augustinus dipilih menjadi imam dan memulai pelayanan sebagai imam tahun 392 (ini disebabkan karena ia ragu akan pilihan tersebut kemudian berdoa dan mendapat kepastian dari Tuhan dan memulai pelayanannya sebagai imam dari hari Paskah tahun 392)
Tahun 395 Augustinus diangkat menjadi uskup di Hippo Regius sampai wafat tahun 430
Seringkali ia berkhotbah sebanyak 5 kali seminggu, sering dua kali sehari
Augustinus mempunyai beban pelayanan untuk orang-orang miskin
Dalam rapat Sinode di Hippo Regius tahun 395 dan di Kartago tahun 397, Augustinus turut berperan dalam penyelesaian penentuan Kanon Perjanjian Baru
Augustinus dalam pelayanannya berusaha melawan ajaran sesat khususnya Pelagianisme.
b. Perlawanan Augustinus terhadap Pelagianisme
Perlawanan terhadap Pelagianisme tentang masalah dosa turunan dan kehendak bebas manusia
Inti ajaran Pelagius (seorang rahib dari Inggris yang tinggal di Roma). Pelagius mengajarkan tentang kehendak bebas manusia yang membawanya pada kesimpulan: Hidup tanpa dosa bisa saja dicapai oleh manusia. Pelagius juga tidak mengakui dosa warisan atau dosa turunan (pengaruh dosa Adam)
Keselamatan adalah kerjasama (sinergi) antara Allah dan manusia
Augustinus melawan ajaran para pengikut Pelagius dengan menyatakan: Semua generasi manusia secara prinsipil terlibat dan dirusakkan tabiatnya oleh kejatuhan Adam (dosa warisan/dosa turunan). Kejatuhan Adam dalam dosa adalah kerusakan tabiat dan martabat manusia secara total, khususnya hubungan dengan Allah (oleh J.Calvin disebut Kerusakan Total/Total Depravity). Manusia tidak mungkin hidup tanpa dosa karena sejak Adam jatuh dalm dosa maka generasi selanjutnya tercemar dengan dosa, sehingga manusia tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat sesuatu yang dikehendaki Tuhan, karena kehendak bebasnya digunakan untuk melayani keinginan dosa. Manusia harus ditolong oleh Tuhan. Manusia tidak mungkin mencari Allah karena dosa, tetapi Allah yang mencarinya
Keselamatan menurut Augustinus: manusia diselamatkan hanya oleh anugerah Allah bukan berdasarkan perbuatan baik manusia atau kerjasama manusia dengan Allah.
c. Ajaran Dua Polis/Dua Kerajaan (De Civitate Dei)
Ajaran Augustinus tentang dua kerajaan dapat kami paparkan menurut tulisan Th. van den End dalam bukunya Harta dalam Bejana dan Jan Raphar dalam bukunya Filsafat Politik Augustinus.Kedua tulisan itu kami kemukakan sebagai berikut.
Dalam buku Harta dalam Bejana, karya Th. van den End, menyatakan,“Dalam karya De Civitate Dei, Augustinus mengemukakan pandangan baru mengenai ‘Kerajaan Seribu Tahun’ (Why. 20): kebanyakan orang Kristen pada zaman Gereja Lamamengharap kerajaan itu akan terwujud dalam bentuk yang nyata di bumi ini.”
Augustinus menafsirkan Wahyu 20 dengan cara lain: Kerajaan Kristus itu sudah mulai pada saat Ia bangkit dari antara orang mati dan pada saat lahirnya Gereja Kristen.
Orang-orang yang duduk di takhta (Why.20:4), menurut Augustinus, uskup-uskuplah yang mempunyai kuasa untuk mengikat dan melepaskan.
Menurut Jan Raphar, karya De Civitate Dei merupakan karya Augustinus yang sangat terkenal. Karya ini diselesaikan selama 15 tahun (ditulis thn. 412, selesai thn. 427). Buku ini terdiri atas 22 jilid: 1). Filsafat Agama dan Teologi; 2). Etika; 3). Filsafat Seja-rah; 4). Teori Waktu dan Filsafat Sejarah; 5). Filsafat Politik = Teori Teokrasi yang Rasional.
De Civitate Dei berisi berbagai bidang seperti paparan di atas bermaksud untuk menolong orang-orang Kristen tentang isi keyakinan (iman Kristen) yang sedang diserang oleh orang-orang kafir dalam kekaisaran Romawi.(Ringkasan isi 22 jilid dari De Civitate Dei dapat dibaca dalam Filsafat Politik Augustinus oleh Yan Raphar atau dapat dilihat dalam diktat Sejarah Gereja Umum I, oleh Yonas Muanley).
Dalam buku ini akandikemukakan tentang kerajaan Allah yang diwujudkan dalam Gereja dan kerajaan diabolos/kerajaan setan yang diwujudkan dalam pemerintahan duniawi (arti kedua ini jangan dipahami dalam pemerintahan sekarang, tetapi dalam konteks kekaisaran Romawi pada waktu itu yang begitu bengis terhadap Gereja).
Ikhtisiar dari De Civitate Dei kami paparkan sebagai berikut (hanya 4 jilid, yang lain dibaca dalam sumber yang kami sebutkan di atas):
Jilid 1 : Agustinus memberi jawab terhadap serangan orang-orang kafir di Roma yang mengatakan bahwa bencana yang dialami oleh kekaisaran Romawi disebabkan oleh agama Kristen. Agustinus menjawabnya dengan menjelaskan bahwa kebahagiaan atau kemalangan, berkat atau kesulitan hidup adalah hal-hal yang biasa dialami oleh semua orang tanpa memandang bulu.Bukan hanya orang jahat, tetapi orang baik pun sering mengalami suka duka kehidupan itu.Jadi bencana yang terjadi di kekaisaran Romawi itu bersifat umum dan universal.
Jilid 2 : Bencana yang menimpa kekaisaran Romawi itu bukan baru dialami pada masa itu melainkan telah sering dan biasa dialami oleh Negara Romawi sejak zaman sebelum Tuhan Yesus.
Jilid 3 : Dewa-dewa yang dipercaya oleh orang-orang Roma tidak dapat menolong orang Roma dari bencana tersebut.
Jilid 4 : Agustinus menyatakan, kejayaan Roma bukan karena perlindungan dan pemeliha-raan dewa-dewa yang disembah oleh orang kafir, tetapi dilindungi dan dipelihara oleh Allah Yang MahaEsa dan MahaBesar, yang juga mengaruniakan kebahagiaan kepada siapa yang diperkenan-Nya. Allah yang demikian yang memiliki kuasa atas segala ciptaan-Nya dan kelak akan menghakimi kerajaan-kerajaan duniawi.
Jadi apa yang dikatakan oleh Jan Raphar mendukung apa yang dikatakan oleh Th. van den End bahwa isi De Civitate Dei adalah hasil tafsiran Augustinus terhadap Wahyu 20.
C. SEJARAH GEREJA ABAD PERTENGAHAN (ABAD KEGELAPAN)
1. Awal Sistem Kepausan dalam Gereja
Gereja pasca rasul dipimpin oleh para uskup.Uskup-uskuplah yang terkenal pada konteks Gereja mula-mula, khususnya abad ke-2 sampai akhir abad ke-6 (590). Dengan kata lain pasca masa rasul Gereja dipimpin dengan sistem pemerintahan episkopal (uskup-uskup). Sejak abad ke-4 dan ke-5 para Uskup Metropolitan di Antiokhia, Alexandria, Konstantinopel, Yerusalem dan Roma disebut Patriarkh (pater berarti bapa, ayah).Uskup Roma dianggap Patriarkh untuk seluruh bagian Barat dari kekaisaran Romawi.Tahun 590 mulailah sistem kepausan.Yang diangkat jadi Paus I adalah uskup Roma.Selanjutnya Paus berkedudukan di Roma.Paus I adalah Gregor I Agung (590).
a. Pendahuluan
Setelah Kaisat Theodosius Agung meninggal, sekitar tahun 400, kekaisaran Romawi dibagi menjadi dua, yaitu Romawi Barat berpusat di Roma dan Romawi Timur berpusat di Konstantinopel
Kekaisaran Romawi Barat runtuh tahun 476, karena dihancurkan oleh suku bangsa German
Suku bangsa Frank menduduki Perancis, suku bangsa Angelsaksis Inggris, dan seterusnya
Bangsa-bangsa ini mendirikan negara-negara baru, yang kemudian hari disebut: Perancis, Inggris, Jerman dan negeri-negeri Skandinavia
Di Eropa Timur, bangsa-bangsa Slav juga mendirikan beberapa negara: Rusia, Polandia, dan seterusnya.
Jadi, secara asasi pada zaman itulah lahir negara-negara Eropa yang masih ada sekarang.
b. Penginjilan di Eropa
Mayoritas bangsa-bangsa German dan Slav menganut agama-agama suku (Politeis)
Wilayah Perancis dan Inggris, yang sudah masuk Kristen sewaktu masih merupakan provinsi-provinsi Kekaisaran Romawi, sebagian harus dikeisten-kan kembali
Di Rusia dan Eropa Utara dan Tengah, sama sekali belum ada usaha pekabaran Injil
Sekitar tahun 1000, hampir seluruh Eropa sudah masuk Kristen
Pada masa itu juga, paus-paus berhasil menjadi penguasa duniawi di suatu daerah di Italia Tengah, yang biasa disebut Negara Gereja. Ibu kota negara itu Roma.
Negara-negara itu berdiri terus sampai tahun 1870, ketika dicaplok oleh Kerajaan Italia
Tetapi sebagian kecil Kota Roma di sekitar Gereja Santo Petrus tetap merupakan negara berdaulat (Kota Vatikan), lengkap dengan aparat diplomatiknya (seperti di Indonesia) dengan kepala negara ialah Paus.
Perancis dikristenkan kembali sekitar tahun 500
Inggris dengan bangsa Anglo-Sakson, dikristenkan sekitar tahun 600
Sekitar tahun 1000, Eropa Timur dikristenkan oleh utusan-utusan dari Konstantinopel dan menjadi Gereja Ortodoks Timur.
2. Sikap dan Cita-cita Gereja Barat Menghadapi Dunia
Sikap Gereja terhadap dunia sekitar ada dua yaitu:
• Gereja bersikap/menguasai dunia atau menjadi lembaga pembimbing dan pengatur dunia (hidup kenegaraan dan kemasyarakatan).
• Pada pihak lain, banyak orang Kristen yang menarik diri dari dunia.
Cita-cita Gereja Abad Pertengahan, yaitu menjadi lembaga yang membimbing dan mengatur dunia. Hal ini menyebabkan pergumulan yang hebat antara Gereja dan dunia, yakni negara dan masyarakat.
Mula-mula Gereja dikuasai oleh negara (500-1000)
Kemudian Gereja melepaskan diri dari negara (1000-1150). Seterusnya Gereja berusaha berdiri sendiri menjadi pembimbing dan pengatur negara (1200-1300). Akhirnya kekuasaan Gereja merosot lagi.
Sementara Paus berusaha menguasai dunia, ada pula orang-orang Kristen yang menarik diri dari tengah-tengah dunia, dengan menanggalkan segala kekuasaan dan kekayaan duniawi.
3. Gerakan Kerohanian Orang Kristen Eropa pada Abad Pertengahan
Ketika Paus berusaha menghimpun kekayaan (menguasai dunia) maka ada orang-orang dari kelompok orang-orang kaya meninggalkan kekayaan mereka dan mencari suasana rohani. Orang-orang yang dimaksud, seperti:
o Petrus Waldes (1175)
Berasal dari Perancis, ia adalah orang kaya (saudara yang kaya). Ketika bercakap-cakap dengan temannya, temannya mati seketika.Hal ini membuat Waldes amat kaget.Apa gunanya memupuk kekayaan, kalau sewaktu-waktu maut bisa mencabut nyawa seseorang. Beberapa waktu kemudian ia mendengar ada penyanyi keliling membawa cerita tentang seorang muda yang memberikan seluruh hartanya kepada orang miskin, lalu pergi mengemis ke rumah orangtuanya tanpa dikenali orangtuanya. Itulah petunjuk bagi Waldes.Kemudian Waldes membagi kekayaannya kepada orang miskin, kecuali sebagian yang dipakai untuk membiayai penerjemahan Injil ke dalam bahasa daerahnya. Lalu ia berkhotbah di mana-mana: Hai saudara-saudara ikutlah teladan Kristus.
o Franciscus dari Assisi (1182-1226)
Ia mendirikan ordo saudara Hina (Latinnya: Ordo Fratorum Minorum, OFM, biasanya disebut Ordo Franciscan). Franciscus adalah anak seorang saudagar kaya. Pada waktu iabertemu seorang pengemis.Franciscus memberikan seluruh pakaian yang ada padanya. Pada waktu bertemu orang yang berpenyakit kusta, ia pun terdorong untuk memeluk orang kusta tersebut. Namun karena Franciscus memboroskan harta orangtuanya untuk orang-orang miskin maka ia ditolak oleh ayahnya sebagai ahli waris. Kemudian Franciscus pergi keluar kota dan memperbaiki gedung Gereja yang sudah runtuh. Ia membangun Gereja dengan jalan minta-minta. Franciscus mempunyai semangat cinta kasih yang besar kepada Kristus, tetapi juga cinta kasih kepada seluruh makhluk.Ia pernah berkhotbah kepada burung-burung, yang mendengarkannya dengan berdiam diri. Suatu hari ia mendamaikan penduduk salah satu kota dengan seekor serigala yang ganas, yang biasa menyerang kawanan domba-domba kota itu.
Pernah Franciscus mau menyiksa tubuhnya dengan menghempasakan diri ke semak-semak duri, sebagai latihan askese, akan tetapi semak duri itu mengisut, tidak melukai dia. Pada akhir hidupnya, tubuhnya ditandai dengan ‘stigmata’, yaitu bekas luka-luka pada tangan dan kaki Kristus yang disalibkan itu tampak juga pada kaki dan tangan Franciscus.
o Dominikus seorang Spanyol
Terharu juga oleh kemiskinan orang, lebih-lebih kemiskinan rohani dari mereka yang dibujuk bidat.Dominikus mau menjadi miskin supaya orang-orang yang seperti kaum Waldens, melawan kekayaan uskup-uskup, lebih percaya kepada pemberitaanya. Dominikus mendirikan sebuah ordo, yaitu Ordo pengkhotbah-pengkhotbah (Latinnya: Ordo Predicatorum, OP) atau Ordo Dominikan.
4. Teologi dan Kepercayaan Abad Pertengahan
a. Teologi Abad Pertengahan (590-1500)
Teologi Skolastik: penyelarasan ajaran Gereja dengan filsafat Yunani. Karangan-karangan dari Filsuf Yunani, seperti: Plato dan Aristoteles.
Tokoh terkemuka dari Teologi Skolastik adalah Thomas dari Aquino (1225-1274).
Pola pemikiran Thomas Aquino dapat dilihat dalam cara ia membahas hubungan antara rahmat Allah dan kemampuan manusia untuk berbuat baik.
Teologi Skolastik dari Thomas Aquino ini paling digemari oleh Gereja Katolik Roma, yang berimplikasi pada penekanan perbuatan baik untuk memperoleh keselamatan pada Abad Pertengahan.
Perayaan sakramen Misa/Ekaristi merupakan ibadah yang sebenarnya; khotbah, pemberitaan Firman Tuhan bersifat pendahuluan untuk Misa.
Dikenal 7 Sakramen pada Abad Pertengahan dan yang tetap dipertahankandalam Gereja Katolik Roma sampai kini. 7 Sakramen itu: (1) Baptisan, (2) Konfirmasi/peneguhan, (3) Pengakuan dosa, (4) Misa/Ekaristi, (5) Peminyakan/minyak suci atas orang sakit yang akan meninggal, (6) Nikah, dan (7) Penahbisan Iman.
b. Kepercayaan Abad Pertengahan
Gereja Abad Pertengahan sesuai ajaran Gereja, meyakini bahwa Allah adalah ‘Hakim yang Adil’ yang mengadili manusia sesuai dengan perbuatannya.
Allah/Yesus Kristus diyakini terlalu tinggi tak dapat dijangkau oleh kaum awam oleh karena itu Gereja sebagai perantara, khususnya santo.
Kepercayaan akan api penyucian atau purgatori.
Santo sebagai perantara karena Allah terlampau tinggi sehingga harus ada perantara, khususnya Maria.
Sehubungan dengan kepercayaan terhadap santo itu maka beragam peninggalan orang suci itu menjadi benda pemujaan, misalnya tulang, rambut, pakaian, dll.
c. Cara Percaya yang lain di Akhir Abad Pertengahan
Bernhard dari Clairvaux: mencari Tuhan dengan jalan mistik/kebatinan
Wyclif dan Hus: mencari Tuhan dengan jalan mendengarkan Firman-Nya dan mengeritik teologi dan kepercayaan yang resmi dengan bertolak dari firman itu (mereka ini adalah perintis-perintis Reformasi)
Kaum Humanis (Erasmus): mencari Tuhan dengan cara kembali kepada suasana Gereja Lama, dan kritiknya terhadap teologi dan kepercayaan yang resmi bertolak dari suasana itu (kaum humanis). Salah satu semboyan kaum humanis adalah: “Kembalilah kepada sumber-sumbermu”. Mereka berusaha melihat kitab suci bukan dari terjemahan Vulgata (Terjemahan Alkitab dalam bahasa Latin), tetapi langsung melihat teks kitab suci dalam bahasa asli yaitu Ibrani dan Yunani.
Jadi Kaum Humanis memberi kontribusi dalam penelitian kebenaran berdasarkan sumber asli/teks asli bukan dari terjemahan-terjemahan, sebab terjemahan-terjemahan bisa salah.
5. Perang Salib (1050 – 1450): Materi Tatap muka di ruang kuliah
Pokok-pokok bahasan Sejarah Gereja umum dengan metode blended learning sebagai berikut:
BAB 1
PENGARTIAN, MAKNA DAN PERIODISASI SEJARAH GEREJA UMUM
Indikator:
1.1. Pengertian Sejarah Gereja Umum (Mula-mula dan Reformasi)
1.2. Makna Belajar Sejarah Gereja
1.3. Periodisasi Sejarah Gereja Umum
BAB 2
SEJARAH GEREJA MULA-MULA (30 – 590)
Indikator:
2.1. Konteks Gereja Lahir dan Berkembang
2.2. Penghambatan dan Penganiayaan Gereja Mula-mula (30-590)
2.3. Pengakuan Gereja oleh Pemerintah Kekaisaran Romawi
2.4. Tantangan Gereja Mula-mula dari Dalam
2.5. Pandangan Bapa-bapa Gereja
2.6. Persoalan Pelembagaan/Organisasi/Tata Gereja
2.7. Pertikaian Teologis dan Penyelesaiannya oleh Konsili
2.8. Tokoh Gereja dan pengaruhnya: Augustinus dan Karyanya (354-430)
BAB 3
SEJARAH GEREJA ABAD PERTENGAHAN (ABAD KEGELAPAN)
3.1. Awal Sistem Kepausan dalam Gereja
3.2. Penginjilan di Eropa
3.3. Sikap dan Cita-cita Gereja Barat Menghadapi Dunia
3.4. Gerakan Kerohanian Orang Kristen Eropa pada Abad Pertengahan
3.5. Teologi dan Kepercayaan Abad Pertengahan
3.6. Perang Salib (1050 – 1450)
BAB 4
REFORMASI GEREJA DI EROPA
Indikator:
4.1. Konteks Reformasi Gereja
4.2. Reformasi Marthin Luther
4.3. Reformasi John Calvin
4.4. Reformasi Ulrick Zwingli
Anda masuk dalam laman materi yang menggunakan pasword. Hububungi dosen mata kuliah untuk mendapatkan pasword (Nanti)
MATERI KULIAH SEJARAH GEREJA UMUM
A. PENGANTAR SEJARAH GEREJA UMUM
1. Arti Sejarah Gereja
Arti Sejarah Gereja yang dimaksud di sini lebih kepada usaha memberi definisi. Dalam usaha merumuskan definisi Sejarah Gereja, kita akan melihat arti dari dua kata tersebut yaitu kata Sejarah dan Gereja.
Arti kata Sejarah. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang Sejarah; (1) Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau (kejadian dan peristiwa, fakta dan kenyataan dari masa lampau) dan (2) Sejarah adalah pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa yang lampau (Sejarah = Ilmu Sejarah/pengetahuan atau uraian mengenai fakta tersebut).
Jadi, sejarah menurut dua pengertian ini: Pengertian pertama (1) lebih kepada peristiwa masa lampau dan pengertian yang kedua (2) lebih kepada uraian atau pengetahuan tentang peristiwa masa lampau tersebut.Ini berarti bahwa belajar sejarah tidak lain berurusan dengan fakta masa lampau dan usaha untuk menguraikan fakta tersebut (ilmu sejarah).
Arti kata Gereja. Beberapa teolog mendefinisikan kata Gereja sebagai berikut: (1) Kata Gereja berasal dari kata Portugis “igreja”, yang berasal dari kata Yunani “ekklesia” yang berarti: mereka yang dipanggil. Mereka yang pertama dipanggil oleh Yesus Kristus ialah para murid dan sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke surga dan turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, para murid itu menjadi “rasul”, artinya “mereka yang diutus” untuk memberitakan Injil sehingga lahirlah Gereja (van den End, 1999:1-2). (2) Istilah Yunani “ekklesia” dibentuk dari kata “ek” (dari) dan “kaleo” (memanggil) artinya “mereka yang dipanggil keluar.”Dalam Perjanjian Baru istilah “ekklesia” dipakai 115 kali, 10 kali dalam arti gereja secara menyeluruh (misalnya dalam Mat. 16:18) dan selebihnya dalam arti “gereja lokal” atau “jemaat setempat” (misalnya dalam Mat. 18:17). Jadi, kata ekklesia dalam Perjanjian Baru mempunyai arti yaitu: (1) kaum yang dipanggil keluar dari kehidupan yang lama dan keluar dari kuasa Iblis, dipanggil oleh Allah sendiri, dipindahkan ke dalam Kerajaan Allah – perubahan status dan pola hidup. (2) Kaum yang dipanggil keluar dari hidup bagi diri sendiri dan dipanggil untuk hidup bagi Tuhan, beribadah kepada Tuhan, dan melayani Tuhan – perubahan tujuan dan pandangan hidup (Dietrich Kuhl, 1992:34).
Menurut Henry C. Thiessen, ayat-ayat dalam PB yang memakai kata “ekklesia”: 1Kor. 12:13; 1Ptr. 1:3, 22-25; Mat. 16:18; 1Kor. 15:9; Gal. 1 :13; Fil. 3:6; Ef. 5:25-27; Ef. 1:22; 5:23; Kol. 1:18; 1Kor. 1:2.:28; Ef. 3:10, Ibr. 12:23, yang berarti sekelompok orang yang terpanggil, sebagai suatu majelis warga negara dari suatu negara yang mandiri, namun PB memberi arti rohami dari kata ekklesia yaitu sekelompok orang yang dipanggil keluar dari dunia dan dari hal-hal yang berdosa (Thiessen, 1995:476).
Pengertian Sejarah Gereja juga dipengaruhi oleh apa yang disebut para ahli sejarah Gereja sebagaiuraian empiris dan penilaian teologis. Dengan kata lain kajian teoritis-teoritis dari para teolog terhadap definisi sejarah Gereja sangat beragam, artinya para teolog tidak samadalam memberi definisi. Oleh karena itu, ada banyak definisi tentang Sejarah Gereja.Keragaman definisi ini disebabkan oleh filosofi dari para ahli tersebut. Dengan kata lain filosofi para ahli mempengaruhi rumusannya tentang Sejarah Gereja. Ada yang merumuskan pengertian Gereja berdasarkan uraian empiris dan ada pula dengan penilaian teologis.Hal ini perlu dikemukakan supaya para mahasiswa tidak bingung melihat keanekaragaman definisi tersebut. Akan tetapi, dari keanekaragaman definisi tersebut perlu dipilih, dipertimbangkan, kemudian dirumuskan menjadi suatu definisi konseptual dan operasional dari pengertian Sejarah Gereja yang kemudian memberi arah dalam kerangka studi Sejarah Gereja yang akan kita lakukan.
Definisi dari para ahli tentang Sejarah Gereja dipaparkan sbb:
1) Sejarah Gereja adalah sejarah agama Kristen.
2) Sejarah Gereja adalah sejarah perhimpunan-perhimpunan yang mengakui Yesus Kristus.
3) Sejarah Gereja adalah sejarah Gereja Yesus Kristus.
4) Sejerah Gereja adalah sejarah tafsir Alkitab.
5) Sejarah Gereja adalah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami Gereja, sebagai persekutuan mereka yang dipanggil Kristus, selama di dunia ini.
6) Sejarah Gereja adalah pertanggungjawaban masa silam Gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus Kristus.
7) Sejarah Gereja adalah kisah tentang perubahan hidup yang dialami manusia karena keselamatan yang dialaminya di dalam Yesus Kristus dan bagaimana mewujudnyata-kan keselamatan tersebut sebagaimana yang diajarkan Alkitab.
Jadi, definisi Sejarah Gereja yang mempertimbangkan aspek empiris dan penilian teologis adalah sbb:
Sejarah Gereja adalah pertanggungjawaban masa silam Gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus Kristus dan bagaimana hidup manusia dipengaruhi dan diubah oleh keselamatan yang diberikan Allah dalam Yesus Kristus kepadanya (uraian kenyataan) dan apakah perwujudan keselamatan dalam kehidupan manusia yang digumuli Gereja, sebagai persekutuan orang yang mengakui Yesus Kristus, sesuai dengan Alkitab (penilaian Teologis).
2. Makna Belajar Sejarah Gereja
Makna yang dimaksud di sini adalah kegunaan, artinya apa kegunaan belajar (mengetahui) Sejarah Gereja.Berikut ini beberapa makna/kegunaan belajar Sejarah Gereja:
1) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk mengetahui karya Allah pada masa lampau
2) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk mengetahui respons orang-orang percaya pada masa lampau
3) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami Perjanjian Baru
4) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk mengetahui keberanian orang Kristen pada masa lampau dalam menghadapi penganiayaan/tantangan
5) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami pergumulan Gereja dalam perjumpaannya dengan pemerintah
6) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami bahwa tidak selamanya Tuhan membiarkan umat-Nya menghadapi penganiayaan, tetapi memberi juga masa kelegaan/pembebasan dari penderitaan
7) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk memahami bahwa saya harus bersedia mengikuti Tuhan dalam masa susah dan senag
8) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk tidak memutlakkan pemikiran teologis Gereja ita sendiri
9) Belajar Sejarah Gereja menolong saya untuk tidak mengulangi kesalahan masa lampau
10) Dst (masih terlalu banyak makna belajar sejarah Gereja).
3. Periodisasi Sejarah Gereja Umum
Periodisasi adalah usaha menetapkan tahun-tahun, peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh yang berhubungan dengan Sejarah Gereja (Sejarah Gereja Umum 1).Periodisasi Sejarah Gereja Umum dapat dibuat sbb:
1. Zaman Gereja Mula-mula: 30 – 590
1.1 Zaman Gereja menghadapi penganiayaan: 30 – 313
1.2 Zaman Gereja Bebas dari penganiayaan: 313 – 590
1.2.1 Zaman Toleransi (Agama Toleransi): 313
1.2.2 Zaman Agama Negara: 380
2. Zaman Gereja Abad Pertengahan: 590 – 1492/1500
2.1 Awal Abad Pertengahan
2.2 Abad Pertengahan yang jaya
2.3 Akhir Abad Pertengahan
B. SEJARAH GEREJA MULA-MULA (30 – 590)
1. Konteks Gereja Lahir dan Berkembang
a. Konteks Yahudi di mana Gereja Lahir
Gereja lahir dan berkembang/bertumbuh di Asia Barat. Asia Barat pada waktu itu dijajah oleh dua negara besar, yaitu Kekaisaran Romawi dan Partia (sesudah tahun 225 sK berubah menjadi Persia, sekarang Irak-Iran).
Wilayah Kekuasaan Romawi di Asia Barat meliputi: daerah di sekitar Laut Tengah, di samping Mesir dan Afrika bagian utara, sedangkan wilayah kekuasaan Partia/Persia meliputi wilayah Irak-Iran. Oleh karena Asia Barat, khususnya daerah Palestina dikuasai oleh kekaisaran Romawi maka pembahasan Gereja mula-mula yang lahir di Yerusalem dan berkembang kearah Barat akan dibahas dalam materi Sejarah Gereja Umum. Sementara Gereja yang berkembang ke wilayah Persia akan dibahas dalam Sejarah Gereja Asia.
Dengan demikian pembahasan kita akan difokuskan pada Gereja mula-mula yang lahir dan berkembang dalam lingkup Kekaisaran Romawi. Konteks yang dimaksud adalah konteks Yahudi dan Hellenisme.Beberapa hal tentang konteks Yahudi yang harus diperhatikan sebelum Gereja lahir di Yerusalem dan berkembang dalam wilayah kekaisaran Romawi.
Orang Yahudi tersebar di berbagai penjuru bumi, di wilayah kekuasaan Romawi: Mesir, Afrika, Roma dan di wilayah kekuasaan Persia/Partia (karena pembuangan: sisa-sisa orang Yahudi yang tidak pulang bersama Zerubabel/Ezra untuk membangun Bait Allah, Ez. 7:6-7). Orang Yahudi yang tinggal di Palestina 1 juta orang, yang tinggal di luar wilayah Palestina, misalnya di Roma lebih kurang 10.000 orang, di Aleksandria 1/3 dari jumlah penduduk
Orang Yahudi mempunyai tempat ibadah (Bait Allh) di Yerusalem
Orang-orang Yahudi di perantauan (diaspora) mempunyai tempat ibadah yang disebut “Sinagoge”, di mana pada hari Sabtu orang Yahudi berkumpul untuk mendengarkan pembacaan Taurat dan homiliannya (penjelasannya) (bnd. Luk. 4:16). Setiap laki-laki Yahudi berhak memimpin kebaktian di Sinagoge, mula-mula juga seorang Yahudi yang telah menjadi pengikut Kristus (Kristen), seperti Paulus (Kis. 13:15)
Orang Yahudi sedang menantikan kehadiran seorang Mesias (Penyelamat) sesuai Kitab Suci (PL) mereka miliki
Orang Yahudi mempunyai sikap moralisme: ketaatan pada hukum Taurat sebagai syarat untuk berkenan kepada Tuhan, sehingga kadang Taurat merupakan kuk yang berat bagi orang Yahudi (Mat. 23:4; 11:30)
Orang Yahudi terkenal dengan Syema (pengakuan iman): Allah itu Esa (Ul. 3:14, Monoteisme)
Wilayah atau tanah kelahiran orang Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi, sering orang-orang Yahudi berusaha membebaskan diri dari jajahan Romawi tetapi gerakannya selalu ditumpas oleh prajurit Romawi (baca kitab Deuterokanonika/kitab Apokripa yang dimiliki oleh orang Katolik, dapat juga Introduksi PB oleh Ola Tuluan)
Orang-orang Yahudi di perantauan yaitu di luar Palestina seperti di Roma dan beberapa tempat lain dalam wilayah kekaisaran Romawi dan juga di luar wilayah jajahan Romawi seperti Partia biasanya pada hari-hari raya Yahudi mereka datang ke Yerusalem untuk merayakan.
Orang Yahudi telah memiliki Kitab Suci yang dapat memberi rujukan tentang Kristus dan pengikut-Nya (Mat. 1-2 dan teks lain dalam PB).
b. Sejarah Gereja Mula-mula di Yerusalem (Kis. 1-10) pada Abad I
Gereja ada oleh sebab Tuhan Yesus memanggil orang menjadi pengikut-Nya.Mereka dipanggil dalam persekutuan dengan Dia, yaitu Gereja. Jadi wujud Gereja ialah persekutuan dengan Kristus yang juga mempengaruhi persekutuan dengan manusia lain. Wujud kedua dari Gereja ialah persekutuan dalam melaksanakan amanat Tuhan Yesus Kristus yaitu pemberitaan Injil (Berkhof dan Enklaar, 2004:vii).
Orang-orang yang pertama dipanggil oleh Tuhan Yesus Kristus adalah para rasul (Simon Petrus, Andreas, dst + Paulus). Sesudah Tuhan Yesus naik ke surga dan mengutus Roh Kudus (turunnya Roh Kudus) pada hari Pentakosta, para murid itu menjadi “rasul”, artinya: “mereka yang diutus” untuk memberitakan Injil sehingga lahirlah Gereja Kristen. Rasul Petrus melakukan tugas pemberitaan Injil ini secara baik pada saat murid-murid dipenuhi Roh Kudus.Petrus berkhotbah di Yerusalem dan 3.000 orang bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (bnd.Kis. 2). Peristiwa ini oleh para pakar Sejarah Gereja dilihat sebagai awal lahirnya Gereja mula-mula di Yerusalem. Bagian Kitab Suci yang banyak membicarakan tentang sejarah Gereja mula-mula adalah Kisah Para Rasul.Selajutnya Kitab ini disebut Kitab Sejarah Gereja mula-mula.
Dalam Kitab Kisah Para Rasul, kita dapat mengikuti cerita/kesaksian tentang orang-orang yang dipanggil menjadi pengikut Kristus (Gereja) melalui khotbah Para Rasul seperti:
• Kisah Para Rasul 2:14-41 khususnya ay. 41: Mereka yang bertobat 3.000 orang (= Jemaat Kristen I di Yerusalem)
• Kisah Para Rasul 2:47 = Pertumbuhan jemaat mula-mula di Yerusalem karena bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, dalam persekutuan, memecahkan roti (perhatian sosial satu dengan yang lainnya), dan doa serta memuji Allah. Mereka disukai semua orang dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Jadi pertambahan anggota jemaat karena Tuhan melalui orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Artinya mereka yang tidak percaya melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri orang-orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus.
• Kisah Para Rasul 4:4 = Pertambahan jemaat mula-mula di Yerusalem menjadi 5.000 orang. Artinya melalui pengajaran/khotbah Petrus dan Yohanes (Yoh. 4:1) maka di antara orang yang mendengar ajaran Petrus dan Yohanes ada yang bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus.
• Kisah Para Rasul 5:14 = Pertambahan jemaat mula-mula di Yerusalem: makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan.
• Kisah Para Rasul 8:4-13 = Dimulainya jemaat Kristen pertama di Samaria melalui pemberitaan Injil oleh Filipus: Orang banyak yang mendengar pemberitaan Filipus dan tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakan itu. Selanjutnya para rasul mengutus Petrus dan Yohanes ke Samaria dan mereka berdoa di sana supaya semua orang Samaria beroleh Roh Kudus, karena mereka baru dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
• Kisah Para Rasul 8:26-40 = Narasi tentang orang non-Yahudi (Etiopia) yang diinjili Filipus dan dibaptis.
• Kisah Para Rasul 9:32-43 = Jemaat pertama atau penduduk di Lida, Saron, dan Yope yang percaya kepada Tuhan karena pelayanan Petrus.
• Kisah Para Rasul 10:1-48 = Jemaat pertama non-Yahudi/yang tidak bersunat di Kaisarea yaitu Kornelius dan orang-orang di Kaisarea yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus melalui pelayanan Petrus dan dibaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Berdasarkan paparan di atas, kita memahami bahwa lahirnya jemaat Gereja mula-mula di Yerusalem dan beberapa daerah di sekitar Palestina adalah hasil karya Roh Kudus melalui Rasul Petrus, Rasul Yohanes, Filipus dan beberapa rasul yang lain. Sedangkan Rasul Paulus dan Barnabas diutus oleh Jemaat Antiokhia ke bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi di perantauan yaitu di wilayah Romawi (dibahas secara khusus dalam konteks Hellenisme).
Jadi dapat dipahami bahwa mayoritas anggota jemaat/Gereja mula-mula di Yerusalem adalah orang Yahudi dan berperan cukup besar s.d. tahun 70 Masehi sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan oleh Jenderal Titus dan terjadinya pemisahan hubungan orang Kristen Yahudi dan Orang Yahudi yang beragama Yahudi. Jadi, sejak tahun 70 Agama Yahudi dan Kristen berpisah.Sejak saat itu orang Kristen Yahudi tidak diperkenankan memakai tempat ibadah Yahudi seperti sinagoge.
c. Perkembangan Gereja dalam Konteks Hellenisme
Faktor-faktor pendukung perkembangan Gereja dalam dunia Hellenisme (pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi):
1. Sentralisasi/pemusatan kekuasaan: penaklukan daerah lain menjadi bagian wilayah kekuasaan,seperti Aleksander Agung (336-323 sK) kerajaan Makedonia (Yunani) menguasai Yunani, Asia Kecil (Turki), Palestina, Syria, Persia, Mesir dan memasuki India. Kemudian kekaisaran Romawi berhasil menaklukkan wilayah yang dikuasai kerajaan Yunani. Pada waktu itu kebudayaan Yunani mempengaruhi wilayah Asia Barat: Palestina, Asia Kecil, Syria (bhs Gereja tetap bahasa Siria/Aram), dan Antiokhia yang nanti menjadi pusat PI untuk menjangkau daerah-daerah kafir di wilayah Romawi dan Persia.
2. Kesatuan Kebudayaan: bahasa pergaulan (bahasa sehari-hari) adalah bahasa Yunani. PB ditulis dalam bahasa Yunani Koine.
3. Perdagangan dan lalulintas dalam kekaisaran Romawi: memberi peluang kepada para rasul dan orang-orang Kristen memberitakan Injil ke berbagai wilayah dalam kekaisaran Romawi melalui jalan darat dan jalan laut.
4. Perdamaian dunia (Pax Romana = damai yang dijamin oleh Roma): ada jaminan keamanan bagi penduduk kekaisaran Romawi dengan cara pemerintah Romawi mempersiapkan prajurit-prajurit untuk keamanan di daerah kekuasaan Romawi. Kondisi ini memberi peluang untuk pekabaran Injil dalam wilayah kekaisaran Romawi. Bandingkan keamanan di Indonesia yang olehnya kita dapat hadir di kota mana saja di Indonesia dengan jaminan keamanan polisi, tentara, dst. Tantangan tetap ada, tetapi jaminan keamanan memberi peluang pekabaran Injil.
5. Agama Yahudi di perantauan sebagai pelindung agama Kristen: awal perkembangan Kristen dilihat sebagai sekte atau aliran Yahudi, tetapi setelah gerakan pengikut Kristen semakin banyak maka terjadilah tekanan-tekanan dan penganiayaan-penganiayaan sampai pembedaan atau pemisahan orang Kristen dengan agama Yahudi pada tahun 70.
6. Orang-orang yang takut akan Allah = orang kafir yang percaya kepada Allah dan suka berbakti di sinagoge, tetapi mereka tidak melaksanakan seluruh Hukum Turat dan belum bersunat (Kis. 13:16, 17:14, Kis. 10 dan 11). Kelompok ini di kemudian hari memberi kontribusi yang besar bagi jumlah anggota Gereja atau Kristen, karena menjadi Kristen tidak harus sunat lahiriah tetapi sunat batiniah. Mereka tertarik kepada Kristennya Rasul Paulus daripada Petrus dkk.
7. Septuaginta: Terjemahan Taurat dalam PL dalam bahasa Yunani Koine untuk orang-orang Yahudi diaspora/perantauan: orang-orang Yahudi diaspora pada umumnya berbahasa Yunani Koine, sehingga mereka membutuhkan kitab suci dalam terjemahan Yunani Koine. Jadi Septuaginta menolong para pemberita Injil dalam dunia Hellenisme.
8. Filsafat: Plato, Stoa, Epikurranisme. Filsafat sering dipakai oleh bapa-bapa Gereja untuk menjelaskan iman Kristen kepada orang-orang cerdik pandai yang selalu menyerang iman Kristen dengan tuduhan-tuduhan yang tidak logis, salah satunya telah dilakukan oleh Agustinus dalam bukunya De Civitate Dey. Di sini, filsafat menjadi salah satu faktor pendukung dalam arti penggunaan filsafat untuk menerjemahkan konsep Kristen.
Pusat pekabaran Injil pada abad pertama untuk menjangkau wilayah-wilayah di luar Palestina dalam kekaisaran Romawi yaitu kota Antiokhia. Di kota Antiokhia, khususnya jemaat yang berbahasa Yunani mengutus Paulus dan Barnabas ke Barat, yaitu ke wilayah Romawi, sedangkan yang berbahasa Aramik seperti Gereja Syria mengutus para misionari ke wilayah Timur (akan dibahasa dalam SGA).
Informasi tentang perkembangan Gereja dari Antiokhia ke arah Barat dapat kita selidiki dalam Kisah Para Rasul.
• Kisah Para Rasul 10:1-48: Menyaksikan jemaat pertama non Yahudi (yang tidak bersunat) di Kaisarea yaitu Kornelius dan orang-orang di Kaisarea yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus melalui pelayanan Petrus dan dibaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
• Kisah Para Rasul 11:19-30: Menyaksikan sejarah Gereja/jemaat mula-mula di Antiokhia yang terdiri atas orang-orang yang tidak bersunat/bangsa lain/bangsa non-Yahudi, ketika jemaat mula-mula di Yerusalem mendengar tentang pertobatan orang-orang non-Yahudi di Antiokhia maka mereka mengutus Barnabas ke Antiokhia, selanjutnya Barnabas mencari Saulus di Tarsus untuk dibawa ke Antiokhia (11:25). Mereka tinggal bersama jemaat dan mengajar jemaat di Antiokhia selama satu tahun lamanya.
• Kisah Para Rasul 12:24; 13-28:1-30 = 1) Kisah pengutusan Paulus dan Barnabas oleh jemaat di Antiokhia untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di: Seleukia, Siprus (13:4), Salamis (13:5), Pafos (13:6) di sana seorang gubernur bertobat (13:12), ke Perga, Pamfilia dan tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat, mereka (Paulus, Barnabas, dan Yohanes) ke rumah ibadat (sinagoge) dan memberitakan Injil dalam rumah ibadat kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah/orang yang tertarik dengan agama Yahudi (13:14-48).
• Kisah Para Rasul 14:1: kisah PI Paulus dan Barnabas di Ikonium di rumah ibadat Yahudi (sinagoge), mereka yang mendengar yaitu sebagian orang Yahudi dan orang Yunani percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (14:1-2).
• Kisah Para Rasul 14:21-28: kisah perjalanan Paulus dan Barnabas kembali ke Antiokhia, dari perjalanan mereka ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa pasti ada orang-orang yang mendengar Injil dan percaya kepada Kristus.
• Kisah Para Rasul 15:1-34: Kisah pergumulan orang non-Yahudi yang menjadi Kristen tentang sunat sebagaimana yang diajarkan oleh orang Kristen Yahudi dari Yudea yang datang ke Antiokhia dan mengajar jemaat di sana bahwa jika mereka tidak disunat maka mereka tidak akan selamat (15:1). Namun Paulus dan Barnabas melawan secara keras, yaitu orang non-Yahudi yang menjadi Kristen tidak perlu disunat, yang kemudian diselesaikan/dibicarakan dengan para rasul dan penatua-penatua di Yerusalem (15:2b-34).
• Kisah Para Rasul 16:4-12: Kisah Paulus dan Silas memberitakan Injil kepada orang-orang di Makedonia.
• Kisah Para Rasul 16:13-40: Kisah pelayanan Paulus ketika berada di Filipi, mereka berusaha mencari tempat ibadat orang Yahudi (16:13) dan dalam rumah ibadat itu mereka berbicara kepada perempuan-perempuan, salah satunya yaitu Lidia dan seisi rumahnya dibaptis. Selain itu kepala penjara di Filipi serta seisi rumahnya juga percaya kepada Yesus melalui pengajaran Paulus dan Silas.
• Kisah Para Rasul 17:1-9: Kisah pelayanan Paulus dan Silas di Tesalonika. Paulus dan Silas masuk dalam rumah ibadat dan mengajarkan kepada mereka bagian-bagian kitab suci. Hasilnya, beberapa orang Yahudi, sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan perempuan-perempuan terkemuka,percaya kepada Yesus Kristus.
• Kisah Para Rasul 17:10-15: Kisah pelayanan Paulus dan Silas di Berea. Mereka masuk ke rumah ibadat (sinagoge) lalu mengajar. Hasilnya, banyak orang Yahudi yang mendengar pengajaran tersebut menjadi bertobat, perempuan-perempuan terkemuka di Berea serta laki-laki Yunani (17:12). Selanjutnya Silas dan Timotius tinggal di Berea, tetapi Paulus melanjutkan perjalanan ke Atena.
• Kisah Para Rasul 17:16-34: Kisah pelayanan Paulus di Atena. Paulus masuk ke rumah ibadat (Sinagoge) dan bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah (orang-orang non-Yahudi yang tertarik dengan agama Yahudi), dan juga dengan orang-orang yang dijumpai di pasar, selain itu dengan beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan Paulus. Paulus membe-ritakan Injil tentang Yesus dan kebangkitan-Nya. Hasilnya, beberapa laki-laki menjadi percaya, di antaranya Dionisius (anggota majelis Areopagus), seorang perempuan bernama Damaris, dan orang lain yang bersama-sama mereka (Kis. 17:33-34)
• Kisah Para Rasul 18:1-16: Kisah pelayanan Paulus di Korintus. Pada setiap hari Sabat, Paulus masuk ke rumah ibadat Yahudi dan berusaha meyakinkan orang Yahudi dan orang-orang Yunani (18:4). Di sini Paulus dihina dan dihujat, setelah mengebaskan debu kaki, Paulus memutuskan untuk memberitakan Injil khusus kepada orang-orang non-Yahudi, pergi kepada bangsa-bangsa lain (18:6). Hasil pelayanan Paulus di Korintus yaitu Titius Yustus dan Krispus seorang kepala rumah ibadat serta seisi rumahnya dan banyak dari orang-orang Korintus yang mendengarkan pemberitaan Paulus menjadi percaya dan memberi diri untuk dibaptis (18:7-8).
• Kisah Para Rasul 19:1-11: Kisah pelayanan Paulus di Efesus, termasuk berbicara di ruang kuliah Tiranus. Dilakukan selama dua tahun sehingga semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani (19:9-10).
• Kisah Para Rasul 28:30-31: Kisah tentang Paulus bersama orang-orang tahanan yang dibawa ke Roma. Di sana Paulustinggal selama dua tahundi rumah kontrakannya. Selama itu Paulus menerima orang-orang yang datang kepadanya. Selanjutnya Paulus menulis surat kepada jemaat di Roma. Jemaat di Roma bukan merupakan hasil pela-yanan Paulus, kemungkinan hasil pelayanan orang lain yang percaya kepada Kristus, tetapi karena Paulus sangat senang mendengar perilaku iman jemaat di Roma maka Paulus menulis surat kepada mereka untuk memberi nasihat pastoral kepada mereka.
• Selain itu dalam surat-surat Perjanjian Baru dipaparkan tentang jemaat mula-mula di berbagai wilayah Romawi seperti: jemaat di Roma, jemaat di Korintus, jemaat di Tesalonika, jemaat di beberapa tempat di wilayah Romawi yang tidak disebutkan di sini, tetapi dapat muncul dalm surat-surat seperti 1,2 Petrus, dst.
Jadi, jemaat Kristen/Gereja yang berdiri pada zaman para rasul itu cukup banyak dan tersebar di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi.
2. Penghambatan dan Penganiayaan Gereja Mula-mula (30-590)
Penghambatan terhadap Gereja dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu penghambatan secara insidentil dan lokal dan penghambatan secara sistematis.
a. Penganiayaan Gereja secara Insidentil dan Lokal (30-250)
1) Penganiayaan oleh Kaisar Nero (37-68)
• Menyuruh membakar Kota Roma dan mengkambinghitamkan orang Kristen = orang Kristen menjadi penyebab kebakaran tersebut.
• Melemparkan orang Kristen ke dalam koloseum lalu mengeluarkan singa, harimau, serigala untuk menerkam orang-orang Kristen
• Orang Kristen dibungkus dengan kulit binatang lalu dikeringkan hingga mati
• Orang Kristen dibiarkan diterjang banteng
• Orang Kristen dijadikan sebagai obor dengan cara disirami minyak lalu dibakar pada malam hari
• Menurut tradisi Paulus dan Petrus mati pada masa Nero tahun 68 Masehi.
2) Penganiayaan oleh Kaisar Titus Flavius Domitianus Agustus (51-96 M)
• Menganiaya orang Kristen karena takut kerajaannya tersaingi dengan Kerajaan Kristus yang diberitakan oleh orang Yahudi Kristen
• Membunuh istrinya yang dianggap Kristen
• Membunuh keponakannya yang dianggap Kristen
• Membunuh menantunya yang dianggap Kristen
• Ketika hendak memasukkan Rasul Yohanes ke dalam minyak yang mendidih terjadilah guntur dan halilintar, ia takut dan melepaskan Yohanes dan memenjarakan di pulau Patmos.
3) Penganiayaan oleh Kaisar Markus Ulpius Trayanus (52-117 M)
• Ia bersikap toleran terhadap agama-agama namun karena orang Kristen tidak mau menyembah gambar Kaisar sebagai Tuhan maka ia menghukum orang-orang Kristen.
• Ignatius, uskup dari Antiokhia dan Simon dari Yerusalem mati sebagai martir di bawah pemerintahannya.
4) Penganiayaan oleh Kaisar Markus Aurelius Antonius (121-180 M)
• Sebenarnya ia tidak menentang orang Kristen, tetapi karena ada yang mengadu bahwa orang Kristen mendurhakai dewa Roma sehingga mendatangkan bencana alam, maka Sang Kaisar memerintahkan untuk menangkap orang-orang Kristen yang kesalahannya terbukti.
• Polikarpus, seorang uskup Smirna mati sebagai martir di bawah pemerintahan Markus Aurelius Antonius.Ketika Sang Kaisar berkata: ingatlah umurmu, Polikarpus menjawab: delapan puluh enam tahun aku mengabdi kepada Kristus, dan dalam sesuatu apapun Ia tidak berbuat salah padaku, bagaimana mungkin aku mengumpat/menyangkal Rajaku yang menyelamatkan aku? (Harta Bejana, hlm.56).
5) Penganiayaan oleh Kaisar Maximinus The Tharacianus (235-238)
• Merusak rumah Gereja (mungkin yang dipakai beribadah)
• Membunuh pemimpin Gereja
• Memaksa orang menyembah berhala
b. Penganiayaan Gereja secara Sistematis (250-313 M)
1) Penganiayaan oleh Kaisar Decius Trayanus (201-251)
Pada tahun 250 ia mengadakan penganiayaan secara sistematis/besar-besaran kepada orang-orang Kristen, yaitu:
• Memerintahkan semua penduduk menyembah berhala
• Yang melanggar dihukum penggal
• Orang Kristen disuruh berjalan di atas besi yang sedang membara
• Orang Kristen di suruh duduk di atas kursi paku
• Dll
Ia mati di medan perang pad tahun 251 dan bangkainya diberikan kepada burung gagak.
2) Penganiayaan oleh Kaisar Valerianus (193-269 M)
Pada tahun 258 ia mengumumkan:
• Melarang kebaktian orang Kristen
• Membunuh pemimpin Gereja
• Menyita harta pejabat yang beragama Kristen
• Barang siapa yang percaya kepada Kristus dibunuh
• Dalam kalangan istana, siapa yang percaya hartanya disita
• Dua tokoh terbunuh di bawah pemerintahan Valerianus: Ciatus dan Cyprianus seorang uskup Kartago Afrika Utara.
3) Penganiayaan oleh Kaisar Dioklesionus (245-313 M)
Pada tahun 305 ia mengeluarkan 4 perintah:
• Memusnahkan seluruh tempat ibadah orang Kristen
• Memenjarakan semua pimpinan Gereja
• Barang siapa yang mau menyembah gambar raja di dalam penjara akan dilepaskan
• Mengharuskan orang-orang Kristen dengan setia menyembah berhala/gambar, yang melanggar akan diancam hukuman mati.
Pada tahun 313 Dioklensionus meninggal karena digigit ular.Sejak saat itu gereja masuk dalam masa damai.Ketika Konstatianus menjadi kaisar Gereja memasuki masa baru/masa bebas penganiayaan.
3. Pengakuan Gereja oleh Pemerintah Kekaisaran Romawi
Masa pengakuan Gereja oleh Negara (Kekaisaran Romawi) terjadi melalui dua fase/tahap yaitu melalui Edik Milano dan masa pemerintahan Kaisar Theodosius.
a. Edik Milano Tahun 313: oleh Kaisar Konstatianus Agung
Isi edik Milano (sering disebut edik Toleransi)
1. Penganiayaan terhadap Gereja resmi dihentikan, semua kerugian yang diderita Gereja akan diganti oleh negara dan pembiayaan Gereja dan para rohaniwan akan dibantu negara
2. Agama Kristen diakui sebagai religio licita di seluruh kekaisaran Romawi (salah satu agama di antara agama-agama yang dikenal di Roma)
3. Hari Minggu ditetapkan dan dirayakan sebagai hari libur resmi (dampaknya berpengaruh sampai sekarang).
b. Kaisar Theodosius
Theodosius dalam masa pemerintahannya mengeluarkan suatu keputusan yang biasa disebut edik Theodosius, yang isinya:
1. Agama Kristen dijadikan sebagai satu-satunya agama negara
2. Gereja menjadi Gereja Negara
3. Kasiar menjadi pelindung Gereja: mengurus dan bertanggung jawab atas.
Gereja, Gereja bertugas memelihara moral warga negara dan membimbing mereka menuju keselamatan abadi.Sejak dikeluarkannya keputusan oleh Theodosius maka kuil-kuil kafir dihancurkan, orang-orang kafir diwajibkan masuk Kristen.Sejak saat itu masyarakat Eropa masuk dalam Corpus Christianum (Masyarakat Kristen).Gereja dan negara diatur oleh orang-orang Kristen.Jadi agama Kristen pernah dijadikan sebagai agama negara pada masa kaisar Theodosius.
4. Tantangan Gereja Mula-mula dari Dalam
Kelompok ajaran sesat yang mengancam Gereja mula-mula yang akan dijelaskan di sini adalah gnostik, Marcion, dan Montanisme.
a. Gnostik
Gnostik (campuran filsafat Yunani khususnya Plato, unsur-unsur kekafiran, khusus-nya yang berasal dari Persia dan Mesir dan unsur-unsur iman Kristen.Gnostik muncul pada akhir abad I dan mencapai puncaknya pada pertengahan abad II.Kemungkinan Gnostik dicetuskan oleh Simon Magus.Gnostik berasal dari kata Yunani ‘gnosis’ yang berarti pengetahuan/hikmat tertinggi yang bersifat rahasia yang membutuhkan iluminasi khusus.
Ajaran-ajaran gnostik, dua di antaranya sbb (yang lain lihat Dietric Kuhl, I:72-73):
1. Allah yang tertinggi dan yang adalah Roh itu, tidak mempunyai hubungan dengan dunia ini. Dunia yang penuh penderitaan dan kejahatan tidak mungkin diciptakan oleh Allah Yang Mahabaik, Mahakasih, Mahatahu. Allah adalah Terang dan Roh. Dunia penuh kegelapan. Dunia ini dijadikan oleh suatu ilah yang lain yang dinamakan Demiurgos/tukang. Ilah inilah yang diberitakan oleh PL. Jadi ilah ini lebih rendah dari pada Alllah atau disebut malaikat bawahan. Gnostik mempertentangkan Allah dalam PL dan PB.
2. Kristus diutus oleh Allah Yang Mahatinggi dan bukan oleh Allah Pencipta (Demiurgos). Kristus tidak menjelma, melainkan Ia memakai tubuh maya sehingga Ia pura-pura mati di kayu salib (Doketisme).
b. Marcion
Ia adalah pendiri suatu bidat yang bersifat Gnostik. Ia adalah seorang pedagang kaya dari Laut Hitam (bagian Timur Laut Asia Kecil). Ayahnya seorang uskup.Pada tahun 140 Marcion pindah ke Roma dan menjadi anggota Gereja di Roma. Di Roma ia dipengaruhi oleh Gnostik, ia dikucilkan dari jemaat di Roma, karena dianggap menganut ajaran sesat. Marcion kemudian mendirikan suatu Gereja dan berkembang dengan cukup pesat tahun 150 dan 190, namun sesudah tahun 250 pengaruh Marcion berkurang dan hilang dalam kekaisaran Romawi bagian Barat, sedangkan di bagian Timur bertahan sampai tahun 800, khususnya di Siria, Asia Kecil, dan di Persia.
Ajaran Marcion:
• Allah PL dan PB berbeda
• Dunia, materi, dan tubuh manusia adalah bagian yang terendah yang memperbudak jiwa manusia.
• Yesus Kristus tidak diutus oleh Allah Pencipta yang disaksikan dalam PL, tetapi oleh Allah Penyelamat untuk menyelamatkan dunia dan manusia dari tangan Allah khaliknya.
c. Montanisme
Montanisme mulai tahun 156 di Frigia, Asia Kecil dan berkembang ke seluruh wilayah Romawi.Pengaruhnya semakin berkurang dan menghilang pada tahun 500 masehi.
Montanus menekankan pentingnya nubuatan-nubuatan dan glossolalia, kedatangan Tuhan Yesus dengan segera, dan ekstase.Montanus menganggap dirinya Parakletos (Roh Kudus) yang dijanjikan Yesus dalam Yohanes 16:7 dan yang membawa penyataan Allah yang terakhir dan tertinggi. Montanus mengatakan, “Saya dan Bapak yang berfirman, …” atau “Saya adalah Parakletos yang berfirman”. Montanus juga mengatakan bahwa Kristus telah datang kepada dia dalam rupa seorang wanita dengan mengenakan pakaian yang bercahaya.
Untuk melawan pengajaran-pengajaran sesat ini, Gereja memakai tiga senjata yaitu:
1. Kanon (PL dan PB: kanon PB selesai tahun 367 di bagian Timur Romawi, sedangkan bagian Barat Romawi tahun 382)
2. Pengakuan Iman (macam-macam Pengakuan Iman: PIR, PIN, PIK, dst) (Dietrick Kuhl, Jilid I, 1992:98-102)
3. Pewarisan jabatan dalam Gereja
5. Pandangan Bapa-bapa Gereja
Sebenarnya banyak pandangan dari Bapa-bapa Gereja yang diketengahkan di sini, namun karena berbagai keterbatasan maka kami pilih tema-tema aktual yang pernah dipercakapkan oleh Bapa-bapaGereja dengan memperhatikan aspek asas manfaat bagi kita pada masa kini, HARTA MILIK DAN PENGGUNAANNYA.
Namun sebelum kita membahas pandangan Bapa-bapa Gereja maka terlebih dahulu kita melihat data Perjanjian Baru tentang milik pribadi dan penggunaannya:
Milik pribadi dan penggunaan kekayaan dalam pemberitaan Tuhan Yesus (Mat. 6:25-34/Luk. 12:22-32; 16:19-31; 4:16-20; 12:16-21; 9:3; 10:4; Mrk. 4:19, dll)
Milik pribadi dan penggunaannyadalam KPR (Kis. 2:44,45; 4:32; 5:1-11; 6:1-7; 9:36-42)
Milik pribadi dan penggunaan kekayaan dalam surat-surat Paulus (1Tes. 4:12; 5:14; 2Tes. 3:7-10; 2Kor. 8:13-15; Rm. 12:13; 2Kor. 9:12; 1:29; 2Kor. 5:10; 6:10; 9:5, Kol. 3:5, 1Tim. 6:6-10; Fil. 3:19-20; 4:10-20).
Pandangan Bapa-bapa Gereja:
a) Wahyu Hermas (abad ke-2): ia menyamakan orang-orang kaya dalam jemaat Gereja mula-mula dengan batu-batu bundar yang tidak cocok untuk dipakai dalam pembangunan Gereja: “Bilamana kekayaan mereka yang merupakan sukacita hati mereka, dipotong dari mereka, baru mereka berguna untuk Allah, sama seperti batu-batu bundar yang harus dipotong dan dicocokkan supaya mereka menjadi berbentuk persegi empat dan dengan demikian berguna”.
b) Yohanes Damaskenus (675-749): ia mengatakan, “Kaya adalah dia yang menaruh belas kasihan Allah. Mengertilah, hai orang-orang kaya, bahwa seharusnya kamu melayani (dengan kekayaan), karena kamu menerima lebih banyak dari apa yang kamu butuhkan. Sadarilah dan belajarlah, hai orang-orang kaya, bahwa apa yang kamu punyai dalam kelimpahan merupakan sekaligus kekurangan orang-orang lain. Tirulah kasih Allah dan tidak akan ada lagi orang-orang miskin dan pengemis”. Di sini milik pribadi tidak dapat dipisahkan dari segi taggung jawab memperhatikan orang laindengan apa yang kita miliki.”
c) Klemens dari Aleksandria (155-220): ia mengatakan, “Kita memiliki harta dan rumah hanya sebagai pemberian Allah. Tuhanlah yang memberikan semuanya itu, supaya kita memiliki harta, kita memakainya demi kepentingan orang-orang yang membutuhkannya. Kita mesti menyadari bahwa kita memiliki harta kita ini bukan karena dan untuk kita sendiri, melainkan karena dan untuk saudara-saudara kita yang berkekurangan.” Dengan demikian harta yang dihabiskan untuk kepentingan diri kita sendiri, membawa kita kepada dosa.
d) Cyprianus (wafat 258) dan Basilius (329-379): menurut mereka, segala harta dan kekayaan diberikan untuk menghapuskan kemiskinan dan untuk menghayati kasih Allah. Basilius menghimbau; “Bila masing-masing kita mengambil apa yang sungguh-sungguh kita butuhkan dan membiarkan selebihnya untuk saudara-saudara yang lain yang membutuhkannya, maka di manakah orang kaya dan di manakah orang miskin?
Pandangan Bapa-bapa Gereja tentang dogma Gereja:
a. Ireneus (140-195). Tentang Yesus Kristus:ia mempertahankan bahwa Kristus adalah Allah sepenuhnya.Tentang Kesatuan Tubuh dan Jiwa:ia menyatakan, “Jiwa dan tubuh adalah satu dan tubuh ikut diselamatkan”.Tentang Sakramen:ia mengatakan “sakramen adalah ragi/obat kekekalan. Anugerah Allah disalurkan kepada kita terutama melalui sakramen”.
b. Origenes (158-254). Menurutnya Kristus berpangkat lebih rendah daripada Allah Bapa
c. Athanasius (328-373): Kristus adalah Allah sepenuhnya, dan tidak boleh dibedakan dengan Allah Bapa. Kalau Kristus bukan Allah maka bagaimana kita memperoleh kekekalan kelak? (Lih. Van den End, Harta dalam Bejana, hlm.68-69)
d. Nestorius: tentang penekanan tabiat manusia Yesus (akan dibahas dalam pertikaian Kristologi)
e. Cyrillus: tentang penekanan tabiat keilahian Yesus Kristus (akan dibahas dalam pertikaian Kristologi)
f. Ambrosius: Hubungan kaisar dan Gereja/Hubungan Gereja dan negara. Menurutnya kaisar dan pemerintahan pada umumnya adalah prajurit Allah yang harus bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Kalau mereka berdosa, walau dalam kebijakan politisnya sekalipun, mereka akan terkena hukuman disiplin Gereja sama seperti anggota jemaat lainnya.
6. Persoalan Pelembagaan/Organisasi/Tata Gereja
Setelah Gereja berkembang dalam dunia Hellenisme, Gereja mulai mengembangkan bentuk organisasinya (pengaruh lingkungan: pemerintah dan ketentaraan, di dalamnya dikenal hirarki: uraian pangkat). Mulai tahun 100 para penilik (episkopoi/uskup yang dibantu oleh diaken-diaken/diakonoi) yang dipilih dari penatua-penatua (presbuteroi) mulai menganggap pelayan-pelayan lainnya sebagai bawahannya. Mulai ditetapkan hirarki (urutan pangkat): Penilik-Penatua-Diaken. Dalam perubahan selanjutnya satu penilik uskup untuk seluruh jemaat, misalnya di Antiokhia tahun 110, Roma tahun 150, dan tempat-tempat lainnya. Dengan demikian, mulailah berlaku sistem pemerintahan Gereja Episkopal (Gereja dipimpin oleh uskup-uskup dan setiap uskup mempunyai kewenangan yang sama untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan Gereja yang dipimpinnya). Namun jika muncul persoalan-persoalan dalam beberapa jemaat serentak, maka hal itu diputuskan dalam sidang para uskup, atau sinode/konsili. Sistem ini memungkinkan semua uskup mempunyai kekuasaan atau kewenangan yang sama atau bersama-sama berkuasa dalam Gereja (sistem ini disebut Episkopalisme). Sistem ini masih dilakukan oleh Gereja Ortodoks Timur (Rusia dan Eropa Tengah) dan Gereja Anglikan.Mula-mula Gereja di Eropa Barat memakai sistem Episkopal juga. Tetapi di Roma, uskup di sana pada tahun 590 mendapat kekuasaan tertinggi dari uskup lainnya sehingga uskup Roma disebut Paus. Sejak itulah berlaku sistem kepausan.
Uskup-uskup yang terkenal waktu itu adalah Uskup Antiokhia, Uskup Roma, Uskup Afrika, dan Uskup Yerusalem.Keempat keuskupan ini dalam persaingan mencari kekuasaan tertinggi, akhirnya uskup Romayang disahkan menjadi Paus.
Uskup Pertama, Gregor I Agung (590).Uskup Roma berusaha untuk mendapat kekuasaan tertinggi atas uskup-uskup lainnya dalam Gereja Katolik.
Dari Gregor I (590) – Gregor VII (1050) Paus berusaha mencapai supremasi dalam persaingan dengan kaisar Romawi. Dari Gregor VII (1050) – Bonifacius VIII (1294) Paus mencapai puncak kekuasaan atas kaisar. Dari Bonifacius VIII (1294) – Martin Luther (1517), Paus mengalami kemunduran pengaruh dan kekuasaan.
Penetapan lembaga Gereja penting karena kewenangan untuk menjatuhkan sanksi atas doktrin-doktrin yang salah yang harus diputuskan dalam sidang Gereja yang dipimpin oleh pemimpin Gereja.Pewarisan jabatan adalah senjata Gereja untuk menangkal ajaran-ajaran sesat. Tiga senjata Gereja yang dimaksud yaitu:
Kanon (PL dan PB: kanon PB selesai tahun 367 di bagian Timur Romawi, sedangkan bagian Barat Romawi tahun 382)
Pengakuan Iman (macam-macam Pengakuan Iman: PIR, PIN, PIK, dst) (Dietrick Kuhl, Jilid I, 1992:98-102)
Pewarisan jabatan (perlunya jabatan dalam Gereja).
7. Pertikaian Teologis dan Penyelesaiannya oleh Konsili
Sejak abad ke-2 telah mulai muncul pertikaian-pertikaian tentang Kristus. Pertikaian tersebut meliputi:
1. Pertikaian tentang Trinitas
Apakah Yesus sederajat dengan Allah atau lebih rendah?Dan bagaimana status Roh Kudus?Apakah Roh Kudus sederajat dengan Allah atau lebih rendah?
2. Pertikaian tentang Kristologi
Apakah dan bagaimanakah Kristus betul-betul manusia?(Pergumulan Kristologi Alexandria dan Antiokhia).
Pertikaian teologis tentang kemanusiaan Kristus dimulai di Konstatinopel, khususnya diskusi tentang bagaimana hubunganantara kemanusiaan dengan keilahian-Nya atau hubungan kedua tabiat Yesus tersebut. Bagaimana mungkin Kristus, yang sepenuhnya ilahi dapat menjadi manusia sama seperti manusia biasa?Bagaimana mungkin dalam manusia Yesus dari Nazaret orang berjumpa dengan Allah?Hal ini sulit dibayangkan oleh orang Yunani, sebab ada perbedaan besar dan hakiki antara Allah dan manusia. Walaupun demikian penekanan kemanusiaan Yesus bagi orang-orang Yunani penting karena:
Alasan Alkitabiah: yaitu Injil-injil menceritakan Yesus sebagai manusia
Alasan Teologis (alasan soteriologis/keselamatan), yaitu supaya manusia diselamatkan. Dan untuk keselamatan inilah maka kemanusiaan dan keilahian Yesus Kristus saling berkaitan erat.
3. Pertikaian tentang Roh Kudus
Pertanyaan yang muncul pada waktu itu dalam kelompok Kristen di Alexandria adalah apakah Roh Kudus dilihat sebagai ilahi penuh atau Ciptaan Tertinggi?
Pertikaian-pertikaian tersebut di atas diselesaikan dalam konsili-konsili Gereja.Konsili yang dimaksud adalah:
a. Konsili Nicea (325). Perselisihan tentang Trinitas diselesaikan. Ajaran atau dogma yang dirumuskan dalam Konsili Nicea adalah dalam Allah ada tiga oknum (Bapa, Anak, Roh) yang mempunyai hakikat ilahi yang sama atau Bapa, Anak dan Roh Kudus sehakikat/satu hakikat atau satu keber-ada-an, tetapi tiga oknum/kepribadian. Singkatnya, Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah satu dalam keber-ada-an (sama-sama kekal), tetapi tiga dalam kepribadian. Dalam konsili ini paham Arius/Arianisme ditolak (lebih jelas mahasiswa pelajari dalam MK Dogmatika)
b. Konsili Konstantinopel (381). Tujuan utama dari konsili ini yaitu menjamin keilahian Roh Kudus (lihat pernyataan di atas), yaitu Roh Kudus adalah Tuhan, menjadi sama ilahi dengan Allah dan Kristus. Dengan keputusan tentang keilahian Roh Kudus dalam konsili Konstantinopel maka selesailah dogma/ajaran resmi tentang Trinitas yang dimiliki Gereja sepanjang abad.
c. Konsili Efesus (431). Konsili ini berusaha menyelesaikan pertikaian antara Nestorius (mewakili corak teologi Gereja di Antiokhia) dan Cyrillus (mewakili corak teologi dari Gereja di Aleksandria-Mesir). Dalam Konsili ini Nestorius dan kelompoknya dinyatakan salah atau pengajaran Nestorius (penekanan pada kemanusiaan Yesus) ditolak.
d. Konsili Chalcedon (451). Dalam konsili ini diselesaikan pertikaian tentang Kristologi (dua tabiat Kristus: Kemanusiaan dan Keilahian-Nya). Rumus Chalcedon tentang Kristologi adalah Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati (memiliki keilahian dan kemanusiaan-Nya)
e. Konsili Konstantinopel II (553). Dalam konsili ini ajaran Origenes (Kristus setengah Allah) ditolak. Konsili ini meresmikan Maria sebagai Aeiparthenos yaitu perawan seumur hidupnya.
f. Konsili Konstantinopel III (680). Konsili ini dilatarbelakangi oleh serangan bangsa Arab Islam dan keinginan Kaisar Romawi untuk memperkuat dan mempertahankan Gereja. Oleh karena itu terjadi kompromi antara Gereja-gereja Monofosit di Asia Barat di wilayah Romawi dengan Gereja Katolik, namun para pemimpin Gereja menolaknya dengan alasan tidak mau membenarkan Gereja yang pernah ditolak (Gereja monofisitisme/satu tabiat Kristus) di konsili Chalcedon.
g. Konsili Nicea II (787). Penyelesaian perdebatan tentang pemakaian gambar-gambar orang suci oleh orang Kristen. Perselisihan ini disebut ‘iconoclastic contraversy’ (Yunani ‘eikon’ berarti gambar). Gambar yang dimaksud adalah gambar-gambar yang memperlihatkan wajah orang-orang suci dan saleh, wajah Tuhan Yesus dan Bunda Maria.
8. Augustinus dan Karyanya (354-430)
a. Riwayat Singkat Hidup Agustinus
Lahir di Thagaste, Afrika Utara tahun 354
Ayahnya seorang kafir yang baru masuk Kristen sebelum meninggal tahun 372
Ibunya yang bernama Monika, seorang percaya yang dengan tekun mendoakan anaknya, sehingga Ambrosius menyatakan: “Seorang anak yang begitu banyak didoakan dengan mencucurkan air mata, mustahil binasa”.
Agustinus mempelajari ilmu retorika (ilmu pidato, ilmu kefasihan berbicara di Kartago (thn.371-375)
Sejak tahun 372 (usia 17 tahun, masih sebagai mahasiswa di Kartago) ia hidup bersama dengan seorang perempuan tanpa nikah sah (sampai thn.385). Dari hubungan ini Augustinus mempunyai seorang anak, namanya Adeodatus artinya yang diberikan oleh Allah.
Augustinus dan anaknya dibaptis pada tahun 387, namun kemudian anaknya meninggal dalam usia muda.
Menjadi guru besar ilmu pidato di Thagaste, Afrika Utara antara tahun 375 – 383
Selanjutnya menjadi guru besar dalam bidang yang sama di Roma, ketika di sana dia bertobat (386)
Riwayat pertobatan Augustinus: Pada suatu saat ia menyendiri di kebun dan berseru kepada Tuhan: “Berapa lama lagi, ya Tuhan? Betapa lagi Engkau marah. Jangan ingat akan dosa-dosa saya pada waktu masih muda. Berapa lama lagi? Berapa lama? Besok? Mengapa tidak hari ini? Mengapa tidak sekarang? Mengapa tidak pada jam sekarang ini? Engkau menghentikan kemalanganku?” Dalam situasi ini Augustinus mendengar suara dari anak-anak yang bermain di sekitarnya, “Ambillah dan bacalah!” Ia tersentuh, kemudian kembali kerumahnyadan mengambil Alkitab dan membaca Roma 13:13-14. Sejak saat ini Augustinus meyakini pengampunan dosa dan menyaksikan pertobatannya kepada teman-teman seprofesinya dan juga kepada ibunya.
Augustinus pulang ke Kartago dan menjual warisannya dan membagi-bagikan kepada orang miskin
Pada tahun 387 Augustinus dibaptis bersama putranya (lih. di atas)
Augustinus mendirikan sebuah biara kecil di Thagaste dan belajar bersama teman-teman sepanggilan selama 5 tahun
Kemudian ia pindah ke Hippo Regius (perkembangan seminari Teologi yang menamatkan banyak imam dan penatua dan juga sedikit-dikitnya 10 uskup, dan selanjutnya berkembang menjadi Ordo Augustin.
Pada tahun 391 Augustinus dipilih menjadi imam dan memulai pelayanan sebagai imam tahun 392 (ini disebabkan karena ia ragu akan pilihan tersebut kemudian berdoa dan mendapat kepastian dari Tuhan dan memulai pelayanannya sebagai imam dari hari Paskah tahun 392)
Tahun 395 Augustinus diangkat menjadi uskup di Hippo Regius sampai wafat tahun 430
Seringkali ia berkhotbah sebanyak 5 kali seminggu, sering dua kali sehari
Augustinus mempunyai beban pelayanan untuk orang-orang miskin
Dalam rapat Sinode di Hippo Regius tahun 395 dan di Kartago tahun 397, Augustinus turut berperan dalam penyelesaian penentuan Kanon Perjanjian Baru
Augustinus dalam pelayanannya berusaha melawan ajaran sesat khususnya Pelagianisme.
b. Perlawanan Augustinus terhadap Pelagianisme
Perlawanan terhadap Pelagianisme tentang masalah dosa turunan dan kehendak bebas manusia
Inti ajaran Pelagius (seorang rahib dari Inggris yang tinggal di Roma). Pelagius mengajarkan tentang kehendak bebas manusia yang membawanya pada kesimpulan: Hidup tanpa dosa bisa saja dicapai oleh manusia. Pelagius juga tidak mengakui dosa warisan atau dosa turunan (pengaruh dosa Adam)
Keselamatan adalah kerjasama (sinergi) antara Allah dan manusia
Augustinus melawan ajaran para pengikut Pelagius dengan menyatakan: Semua generasi manusia secara prinsipil terlibat dan dirusakkan tabiatnya oleh kejatuhan Adam (dosa warisan/dosa turunan). Kejatuhan Adam dalam dosa adalah kerusakan tabiat dan martabat manusia secara total, khususnya hubungan dengan Allah (oleh J.Calvin disebut Kerusakan Total/Total Depravity). Manusia tidak mungkin hidup tanpa dosa karena sejak Adam jatuh dalm dosa maka generasi selanjutnya tercemar dengan dosa, sehingga manusia tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat sesuatu yang dikehendaki Tuhan, karena kehendak bebasnya digunakan untuk melayani keinginan dosa. Manusia harus ditolong oleh Tuhan. Manusia tidak mungkin mencari Allah karena dosa, tetapi Allah yang mencarinya
Keselamatan menurut Augustinus: manusia diselamatkan hanya oleh anugerah Allah bukan berdasarkan perbuatan baik manusia atau kerjasama manusia dengan Allah.
c. Ajaran Dua Polis/Dua Kerajaan (De Civitate Dei)
Ajaran Augustinus tentang dua kerajaan dapat kami paparkan menurut tulisan Th. van den End dalam bukunya Harta dalam Bejana dan Jan Raphar dalam bukunya Filsafat Politik Augustinus.Kedua tulisan itu kami kemukakan sebagai berikut.
Dalam buku Harta dalam Bejana, karya Th. van den End, menyatakan,“Dalam karya De Civitate Dei, Augustinus mengemukakan pandangan baru mengenai ‘Kerajaan Seribu Tahun’ (Why. 20): kebanyakan orang Kristen pada zaman Gereja Lamamengharap kerajaan itu akan terwujud dalam bentuk yang nyata di bumi ini.”
Augustinus menafsirkan Wahyu 20 dengan cara lain: Kerajaan Kristus itu sudah mulai pada saat Ia bangkit dari antara orang mati dan pada saat lahirnya Gereja Kristen.
Orang-orang yang duduk di takhta (Why.20:4), menurut Augustinus, uskup-uskuplah yang mempunyai kuasa untuk mengikat dan melepaskan.
Menurut Jan Raphar, karya De Civitate Dei merupakan karya Augustinus yang sangat terkenal. Karya ini diselesaikan selama 15 tahun (ditulis thn. 412, selesai thn. 427). Buku ini terdiri atas 22 jilid: 1). Filsafat Agama dan Teologi; 2). Etika; 3). Filsafat Seja-rah; 4). Teori Waktu dan Filsafat Sejarah; 5). Filsafat Politik = Teori Teokrasi yang Rasional.
De Civitate Dei berisi berbagai bidang seperti paparan di atas bermaksud untuk menolong orang-orang Kristen tentang isi keyakinan (iman Kristen) yang sedang diserang oleh orang-orang kafir dalam kekaisaran Romawi.(Ringkasan isi 22 jilid dari De Civitate Dei dapat dibaca dalam Filsafat Politik Augustinus oleh Yan Raphar atau dapat dilihat dalam diktat Sejarah Gereja Umum I, oleh Yonas Muanley).
Dalam buku ini akandikemukakan tentang kerajaan Allah yang diwujudkan dalam Gereja dan kerajaan diabolos/kerajaan setan yang diwujudkan dalam pemerintahan duniawi (arti kedua ini jangan dipahami dalam pemerintahan sekarang, tetapi dalam konteks kekaisaran Romawi pada waktu itu yang begitu bengis terhadap Gereja).
Ikhtisiar dari De Civitate Dei kami paparkan sebagai berikut (hanya 4 jilid, yang lain dibaca dalam sumber yang kami sebutkan di atas):
Jilid 1 : Agustinus memberi jawab terhadap serangan orang-orang kafir di Roma yang mengatakan bahwa bencana yang dialami oleh kekaisaran Romawi disebabkan oleh agama Kristen. Agustinus menjawabnya dengan menjelaskan bahwa kebahagiaan atau kemalangan, berkat atau kesulitan hidup adalah hal-hal yang biasa dialami oleh semua orang tanpa memandang bulu.Bukan hanya orang jahat, tetapi orang baik pun sering mengalami suka duka kehidupan itu.Jadi bencana yang terjadi di kekaisaran Romawi itu bersifat umum dan universal.
Jilid 2 : Bencana yang menimpa kekaisaran Romawi itu bukan baru dialami pada masa itu melainkan telah sering dan biasa dialami oleh Negara Romawi sejak zaman sebelum Tuhan Yesus.
Jilid 3 : Dewa-dewa yang dipercaya oleh orang-orang Roma tidak dapat menolong orang Roma dari bencana tersebut.
Jilid 4 : Agustinus menyatakan, kejayaan Roma bukan karena perlindungan dan pemeliha-raan dewa-dewa yang disembah oleh orang kafir, tetapi dilindungi dan dipelihara oleh Allah Yang MahaEsa dan MahaBesar, yang juga mengaruniakan kebahagiaan kepada siapa yang diperkenan-Nya. Allah yang demikian yang memiliki kuasa atas segala ciptaan-Nya dan kelak akan menghakimi kerajaan-kerajaan duniawi.
Jadi apa yang dikatakan oleh Jan Raphar mendukung apa yang dikatakan oleh Th. van den End bahwa isi De Civitate Dei adalah hasil tafsiran Augustinus terhadap Wahyu 20.
C. SEJARAH GEREJA ABAD PERTENGAHAN (ABAD KEGELAPAN)
1. Awal Sistem Kepausan dalam Gereja
Gereja pasca rasul dipimpin oleh para uskup.Uskup-uskuplah yang terkenal pada konteks Gereja mula-mula, khususnya abad ke-2 sampai akhir abad ke-6 (590). Dengan kata lain pasca masa rasul Gereja dipimpin dengan sistem pemerintahan episkopal (uskup-uskup). Sejak abad ke-4 dan ke-5 para Uskup Metropolitan di Antiokhia, Alexandria, Konstantinopel, Yerusalem dan Roma disebut Patriarkh (pater berarti bapa, ayah).Uskup Roma dianggap Patriarkh untuk seluruh bagian Barat dari kekaisaran Romawi.Tahun 590 mulailah sistem kepausan.Yang diangkat jadi Paus I adalah uskup Roma.Selanjutnya Paus berkedudukan di Roma.Paus I adalah Gregor I Agung (590).
a. Pendahuluan
Setelah Kaisat Theodosius Agung meninggal, sekitar tahun 400, kekaisaran Romawi dibagi menjadi dua, yaitu Romawi Barat berpusat di Roma dan Romawi Timur berpusat di Konstantinopel
Kekaisaran Romawi Barat runtuh tahun 476, karena dihancurkan oleh suku bangsa German
Suku bangsa Frank menduduki Perancis, suku bangsa Angelsaksis Inggris, dan seterusnya
Bangsa-bangsa ini mendirikan negara-negara baru, yang kemudian hari disebut: Perancis, Inggris, Jerman dan negeri-negeri Skandinavia
Di Eropa Timur, bangsa-bangsa Slav juga mendirikan beberapa negara: Rusia, Polandia, dan seterusnya.
Jadi, secara asasi pada zaman itulah lahir negara-negara Eropa yang masih ada sekarang.
b. Penginjilan di Eropa
Mayoritas bangsa-bangsa German dan Slav menganut agama-agama suku (Politeis)
Wilayah Perancis dan Inggris, yang sudah masuk Kristen sewaktu masih merupakan provinsi-provinsi Kekaisaran Romawi, sebagian harus dikeisten-kan kembali
Di Rusia dan Eropa Utara dan Tengah, sama sekali belum ada usaha pekabaran Injil
Sekitar tahun 1000, hampir seluruh Eropa sudah masuk Kristen
Pada masa itu juga, paus-paus berhasil menjadi penguasa duniawi di suatu daerah di Italia Tengah, yang biasa disebut Negara Gereja. Ibu kota negara itu Roma.
Negara-negara itu berdiri terus sampai tahun 1870, ketika dicaplok oleh Kerajaan Italia
Tetapi sebagian kecil Kota Roma di sekitar Gereja Santo Petrus tetap merupakan negara berdaulat (Kota Vatikan), lengkap dengan aparat diplomatiknya (seperti di Indonesia) dengan kepala negara ialah Paus.
Perancis dikristenkan kembali sekitar tahun 500
Inggris dengan bangsa Anglo-Sakson, dikristenkan sekitar tahun 600
Sekitar tahun 1000, Eropa Timur dikristenkan oleh utusan-utusan dari Konstantinopel dan menjadi Gereja Ortodoks Timur.
2. Sikap dan Cita-cita Gereja Barat Menghadapi Dunia
Sikap Gereja terhadap dunia sekitar ada dua yaitu:
• Gereja bersikap/menguasai dunia atau menjadi lembaga pembimbing dan pengatur dunia (hidup kenegaraan dan kemasyarakatan).
• Pada pihak lain, banyak orang Kristen yang menarik diri dari dunia.
Cita-cita Gereja Abad Pertengahan, yaitu menjadi lembaga yang membimbing dan mengatur dunia. Hal ini menyebabkan pergumulan yang hebat antara Gereja dan dunia, yakni negara dan masyarakat.
Mula-mula Gereja dikuasai oleh negara (500-1000)
Kemudian Gereja melepaskan diri dari negara (1000-1150). Seterusnya Gereja berusaha berdiri sendiri menjadi pembimbing dan pengatur negara (1200-1300). Akhirnya kekuasaan Gereja merosot lagi.
Sementara Paus berusaha menguasai dunia, ada pula orang-orang Kristen yang menarik diri dari tengah-tengah dunia, dengan menanggalkan segala kekuasaan dan kekayaan duniawi.
3. Gerakan Kerohanian Orang Kristen Eropa pada Abad Pertengahan
Ketika Paus berusaha menghimpun kekayaan (menguasai dunia) maka ada orang-orang dari kelompok orang-orang kaya meninggalkan kekayaan mereka dan mencari suasana rohani. Orang-orang yang dimaksud, seperti:
o Petrus Waldes (1175)
Berasal dari Perancis, ia adalah orang kaya (saudara yang kaya). Ketika bercakap-cakap dengan temannya, temannya mati seketika.Hal ini membuat Waldes amat kaget.Apa gunanya memupuk kekayaan, kalau sewaktu-waktu maut bisa mencabut nyawa seseorang. Beberapa waktu kemudian ia mendengar ada penyanyi keliling membawa cerita tentang seorang muda yang memberikan seluruh hartanya kepada orang miskin, lalu pergi mengemis ke rumah orangtuanya tanpa dikenali orangtuanya. Itulah petunjuk bagi Waldes.Kemudian Waldes membagi kekayaannya kepada orang miskin, kecuali sebagian yang dipakai untuk membiayai penerjemahan Injil ke dalam bahasa daerahnya. Lalu ia berkhotbah di mana-mana: Hai saudara-saudara ikutlah teladan Kristus.
o Franciscus dari Assisi (1182-1226)
Ia mendirikan ordo saudara Hina (Latinnya: Ordo Fratorum Minorum, OFM, biasanya disebut Ordo Franciscan). Franciscus adalah anak seorang saudagar kaya. Pada waktu iabertemu seorang pengemis.Franciscus memberikan seluruh pakaian yang ada padanya. Pada waktu bertemu orang yang berpenyakit kusta, ia pun terdorong untuk memeluk orang kusta tersebut. Namun karena Franciscus memboroskan harta orangtuanya untuk orang-orang miskin maka ia ditolak oleh ayahnya sebagai ahli waris. Kemudian Franciscus pergi keluar kota dan memperbaiki gedung Gereja yang sudah runtuh. Ia membangun Gereja dengan jalan minta-minta. Franciscus mempunyai semangat cinta kasih yang besar kepada Kristus, tetapi juga cinta kasih kepada seluruh makhluk.Ia pernah berkhotbah kepada burung-burung, yang mendengarkannya dengan berdiam diri. Suatu hari ia mendamaikan penduduk salah satu kota dengan seekor serigala yang ganas, yang biasa menyerang kawanan domba-domba kota itu.
Pernah Franciscus mau menyiksa tubuhnya dengan menghempasakan diri ke semak-semak duri, sebagai latihan askese, akan tetapi semak duri itu mengisut, tidak melukai dia. Pada akhir hidupnya, tubuhnya ditandai dengan ‘stigmata’, yaitu bekas luka-luka pada tangan dan kaki Kristus yang disalibkan itu tampak juga pada kaki dan tangan Franciscus.
o Dominikus seorang Spanyol
Terharu juga oleh kemiskinan orang, lebih-lebih kemiskinan rohani dari mereka yang dibujuk bidat.Dominikus mau menjadi miskin supaya orang-orang yang seperti kaum Waldens, melawan kekayaan uskup-uskup, lebih percaya kepada pemberitaanya. Dominikus mendirikan sebuah ordo, yaitu Ordo pengkhotbah-pengkhotbah (Latinnya: Ordo Predicatorum, OP) atau Ordo Dominikan.
4. Teologi dan Kepercayaan Abad Pertengahan
a. Teologi Abad Pertengahan (590-1500)
Teologi Skolastik: penyelarasan ajaran Gereja dengan filsafat Yunani. Karangan-karangan dari Filsuf Yunani, seperti: Plato dan Aristoteles.
Tokoh terkemuka dari Teologi Skolastik adalah Thomas dari Aquino (1225-1274).
Pola pemikiran Thomas Aquino dapat dilihat dalam cara ia membahas hubungan antara rahmat Allah dan kemampuan manusia untuk berbuat baik.
Teologi Skolastik dari Thomas Aquino ini paling digemari oleh Gereja Katolik Roma, yang berimplikasi pada penekanan perbuatan baik untuk memperoleh keselamatan pada Abad Pertengahan.
Perayaan sakramen Misa/Ekaristi merupakan ibadah yang sebenarnya; khotbah, pemberitaan Firman Tuhan bersifat pendahuluan untuk Misa.
Dikenal 7 Sakramen pada Abad Pertengahan dan yang tetap dipertahankandalam Gereja Katolik Roma sampai kini. 7 Sakramen itu: (1) Baptisan, (2) Konfirmasi/peneguhan, (3) Pengakuan dosa, (4) Misa/Ekaristi, (5) Peminyakan/minyak suci atas orang sakit yang akan meninggal, (6) Nikah, dan (7) Penahbisan Iman.
b. Kepercayaan Abad Pertengahan
Gereja Abad Pertengahan sesuai ajaran Gereja, meyakini bahwa Allah adalah ‘Hakim yang Adil’ yang mengadili manusia sesuai dengan perbuatannya.
Allah/Yesus Kristus diyakini terlalu tinggi tak dapat dijangkau oleh kaum awam oleh karena itu Gereja sebagai perantara, khususnya santo.
Kepercayaan akan api penyucian atau purgatori.
Santo sebagai perantara karena Allah terlampau tinggi sehingga harus ada perantara, khususnya Maria.
Sehubungan dengan kepercayaan terhadap santo itu maka beragam peninggalan orang suci itu menjadi benda pemujaan, misalnya tulang, rambut, pakaian, dll.
c. Cara Percaya yang lain di Akhir Abad Pertengahan
Bernhard dari Clairvaux: mencari Tuhan dengan jalan mistik/kebatinan
Wyclif dan Hus: mencari Tuhan dengan jalan mendengarkan Firman-Nya dan mengeritik teologi dan kepercayaan yang resmi dengan bertolak dari firman itu (mereka ini adalah perintis-perintis Reformasi)
Kaum Humanis (Erasmus): mencari Tuhan dengan cara kembali kepada suasana Gereja Lama, dan kritiknya terhadap teologi dan kepercayaan yang resmi bertolak dari suasana itu (kaum humanis). Salah satu semboyan kaum humanis adalah: “Kembalilah kepada sumber-sumbermu”. Mereka berusaha melihat kitab suci bukan dari terjemahan Vulgata (Terjemahan Alkitab dalam bahasa Latin), tetapi langsung melihat teks kitab suci dalam bahasa asli yaitu Ibrani dan Yunani.
Jadi Kaum Humanis memberi kontribusi dalam penelitian kebenaran berdasarkan sumber asli/teks asli bukan dari terjemahan-terjemahan, sebab terjemahan-terjemahan bisa salah.
5. Perang Salib (1050 – 1450): Materi Tatap muka di ruang kuliah
Hari ini, jumad 16 Agustus 2019, saya menjelaskan silabus dan RPS serta metode blended learning untuk mata kuliah desain kurikulum Sekolah Minggu. Saya kembali menekankan bahwa penggunaan metode ini disebabkan karena paradigma kurikulum berbasis KKNI yang berbasis mahasiswa. Oleh karena itu saya mencari metode pembelajaran atau perkuliahan berbasis mahasiswa.
Thursday, August 15, 2019
Hari pertama saya memberi kuliah dengan memperkenalkan metode kuliah Blended Learning untuk mata kuliah Sejarah Gereja Umum. Biasanya dalam pertemuan pertama, para dosen menjelaskan kontrak Pembelajaran, Silabus dan RPS ketika menggunakan kurikulum berbasis kompetensi, namun pada saat aturan penggunaan kurikulum berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional) maka kami harus mengubah dengan hanya menggunakan Silabus dan RPS (Rencana Pembelajaran Semseter), kami tidak lagi membuat kontrak pembelajaran tersendiri karena dalam Silabus dan RPS berbasis KKNI, pokok-pokok kontrak pembelajaran sudah diakomodir didalamnya. Jadi lebih disederhana. Beberapa istilah yang dipakai dalam KBKpun kini sudah tidak dipakai misalnya kompetensi dasar. Kini kami menggunakan Capaian Pembelajaran (CP).
Dalam penjelasan silabus itu, saya memperkenalkan sebuah metode pembelajaran yang sebenarnya sudah lama dilakukan namun kami baru tahu, dan langsung diinovasikan dalam setiap mata kuliah yang saya ajarkan. Semester ini, Agustus ke Desember 2019
KEtika saya menjelaskan tentang Blended Learning sebagai metode maka saya katakan kepada mahasiswa bahwa kita tidak perlu mengurus izin karena blended learning adalah metode, namun bila menggunakan e-learning maka kami harus mengurus izin. Tentu e-learning lebih mahal dari "blended Learning".
Dalam penjelasan silabus itu, saya memperkenalkan sebuah metode pembelajaran yang sebenarnya sudah lama dilakukan namun kami baru tahu, dan langsung diinovasikan dalam setiap mata kuliah yang saya ajarkan. Semester ini, Agustus ke Desember 2019
KEtika saya menjelaskan tentang Blended Learning sebagai metode maka saya katakan kepada mahasiswa bahwa kita tidak perlu mengurus izin karena blended learning adalah metode, namun bila menggunakan e-learning maka kami harus mengurus izin. Tentu e-learning lebih mahal dari "blended Learning".
Pada hari kedua dalam mata kuliah yang berbeda, saya menjelaskan lagi metode Blended Learning yang akan saya pakai dalam pembelajaran PAK Multikultural. Penggunaan metode ini memungkinkan mahasiswa mengatur waktu kuliah secara mandiri. Dikatakan demikian karena dalam metode blended learning, ada tiga unsur yang dipadukan yakni tatap muka, studi mandiri offline dan pembelajaran online. Ada sejumlah blog bahan ajar online yang dirancang khusus oleh saya untuk pembelajaran online.
Sumber: Pixabay





